Bab 18 Jangan Tertipu
“Aditya, jujurlah padaku. Apa yang sebenarnya terjadi?” Bella menatap Aditya sarnbil menunggu jawabannya.
“Aku sudah mengatakan yang sebenarnya semalam Aku adalah Dewa Perang. Keluarga Leonard merasa takut jika aku akan melakukan sesuatu pada mereka, dan karena itulah mereka datang untuk meminta maaf sekarang. Sayangnya kau tidak mempercayaiku, Aditya menjelaskan sambil menatapnya tak berdaya.
“Kau pikir aku akan percaya pada omong kosongmu? Apa ayahku pergi mencari Tuan Kaya Sasongko?” tanya Bella sambil mencengkeram kerah baju Aditya. Dia sama sekali tidak. mempercayai semua penjelasan Aditya.
Alasan mengapa dia memikirkan Tuan Kaya Sasongko adalah karena ayahnya diam–diam telah melakukan investasi saham dengannya. Keduanya tampak akrab.
Nama asli Tuan Kaya Sasongko adalah Jun Sasongko. Namanya mungkin terdengar kuno, tetapi keahliannya jelas tidak.
Dikenal juga sebagai Dewa Saham Kota Dobo, Jun memiliki sebuah perusahaan investasi bernama Pelita Aset Tbk, dan hampir semua orang kaya di Kota Dobo menanamkan uang tambahan mereka di perusahaan tersebut dan mempercayakannya untuk membantu mereka mengelola keuangan.
Jun, Kris, dan Petra dikenal sebagai tiga orang berpengaruh di Kota Dobo.
Rumornya, ada sosok yang kuat dan berpengaruh di belakang Jun dan Kris. Orang tersebut dikenal dengan nama Raka Tumiwa.
Raka adalah orang yang sangat misterius. Hanya orang–orang dari masyarakat kelas atas yang pernah mendengar tentang dirinya. Menurut kabar angin, selain Jun dan Kris, tidak ada orang lain yang pernah berjumpa dengannya.
Mengingat status Jun, dia sama sekali tidak mampu membuat Petra tunduk padanya. Satu- satunya cara agar hal itu bisa terjadi adalah jika Raka turut campur.
“Mengapa kau tidak menelepon Ayah untuk mencari tahu kebenarannya?” Aditya merasa tidak perlu repot–repot untuk melanjutkan penjelasannya kepada Bella.
“Hmph!” Bella melepaskan Aditya dan mengambil ponsel untuk menelepon ayahnya.
“Ayah, apakah kau bertemu dengan Tuan Kaya Sasongko sebelumnya?” tanya basi, dengan gaya bicara yang biasa digunakannya.
Bella tanpa
basa-
“Dari mana kau tahu? Tolong jangan pernah katakan pada ibumu tentang aku yang masih diam- diam bermain saham dengan Tuan Kaya Sasongko, Jika dia tahu bahwa aku punya şimpanan
rahasia, dia pasti akan marah padaku,” bisik Pandu sambil segera berjalan ke arah balkon setelah mendengar kalimat putrinya melalui telepon.
“Baiklah, Ayah. Aku tutup dulu ya.”
Setelah mendapatkan konfirmasi dari Pandu, Bella memelototi Aditya dan tidak mau repot–repot meladeninya lagi.
Bagaimana mungkin aku tidak menyadari betapa tidak bisa diandalkannya pria ini sebelumnya? Bukan hanya tanpa malu–malu menerima uang Ayah, tapi dia juga berpura–pura menjadi Dewa Perang.
Bella menyesali keputusannya memilih Aditya sebagai kedok.
Ketika keduanya bersiap–siap untuk pulang ke rumah sore itu, Nina menelepon untuk meminta mereka membeli satu set kartu remi sebelum pulang. Dia menjelaskan bahwa teman–temannya akan datang pada sore hari untuk bermain kartu.
Nina dan Pandu memaksa Bella untuk mengambil cuti setengah hari setelah makan siang karena hari itu adalah hari ulang tahunnya. Dengan demikian, Bella hanya bisa bekerja dari rumah. Sedangkan Aditya, karena dia sedang menunggu empat kendaraan yang telah dibelinya pada hari sebelumnya tiba, dia memilih untuk tinggal di rumah saja.
Tidak lama kemudian, teman–teman Nina tiba.
Mereka adalah tiga wanita kaya. Masing–masing membawa tas bermerek, dan mereka semua mengenakan pakaian modis terbaru.
“Nyonya Januar, Nyonya Barata, dan Nyonya Madistra, kalian akhirnya datang juga. Aku sudah menyiapkan kartu–kartu dan menunggu kedatangan kalian,” kata Nina dengan penuh semangat setelah melihat teman–temannya.
“Rumahmu sangat bagus, Nyonya Ayundhiya. Meskipun terlihat agak sempit, namun terlihat. sangat hangat dan nyaman. Tidak seperti rumahku di mana ruang tamunya saja sekitar enam puluh meter persegi. Kadang–kadang, kami bahkan harus menggunakan pengeras suara untuk memanggil seseorang. Itu sangat menjengkelkan.”
“Apa yang begitu buruk dari rumahmu? Kamar tidur di rumahku berada di lantai dua. Kami harus naik turun tangga setiap hari. Itu bahkan lebih membuat frustrasi!”
Setelah mereka bertiga selesai berkeliling melihat–lihat bagian dalam rumah Bella, mereka mulai memamerkan kekayaan mereka kepada Nina dalam bentuk keluhan.
Setelah mendengar “keluhan” mereka, ekspresi Nina berubah menjadi gelap dan muram. Meskipun mereka mengatakan iri hati, namun wajah mereka menunjukkan ekspresi angkuh. Tampak jelas bahwa mereka sedang pamer.
Aku tahu pasti ada yang tidak beres saat mereka menyarankan untuk datang ke sini untuk bermain kartu. Biasanya, mereka bertiga sama sekali tidak tertarik padaku. Ternyata mereka
memiliki motif tersembunyi.
“Alasan kalian kemari hari ini adalah untuk mengejekku, kan?” tanya Nina, merasa tidak senang.
“Apa yang kau bicarakan, Nyonya Ayundhiya? Mengapa kami harus mengolok–olok dirimu? Kita kan berteman baik! Kami hanya berpikir bahwa karena Bella sangat cantik dan anggun, dia seharusnya menikah dengan keluarga kaya. Mengapa dia malah membatalkan pertunangannya?” Salah satu wanita, Nyonya Januar menggelengkan kepalanya dengan raut kekecewaan di wajahnya.
Meskipun dia terlihat kecewa, namun di dalam hatinya dia merasa sangat bahagia.
Seingatku, kau sering membual kepada kami tentang betapa beruntungnya putrimu. Kau ingin dia menikah dengan keluarga terkaya di Kota Dobo dan menjadi nyonya muda yang kaya. Sekarang, dia bukanlah nyonya muda yang kaya, tapi dia juga sangat tidak beruntung karena menikah dengan pria yang sama sekali tidak berguna. Sungguh tak tahu malu.
“Nyonya Januar, kau salah jika mengatakan seperti itu. Nasib menentukan segalanya. Jika itu memang milikmu, pada akhirnya akan menjadi milikmu. Tak ada gunanya untuk memaksanya jika itu bukan milikmu. Contohnya, putriku. Dia biasanya tidak banyak bicara, namun, dia berhasil mengencani pacar yang kaya raya. Jika dia menikah sekarang, hidupnya akan bahagia. Lihatlah mobil Camry yang kukendarai kesini. Itu adalah hadiah dari menantuku, dan harganya miliaran,” Nyonya Madistra menyela Nyonya Januar dengan gembira.
“Apa hebatnya itu? Menantu Nyonya Barata juga tidak buruk. Apakah kau tidak melihat tas bermereknya? Menantunya, yang merupakan seorang eksekutif dari sebuah perusahaan asing, telah membelikannya sebagai hadiah ulang tahunnya bulan lalu. Dia meminta seseorang untuk membelinya dari luar negeri. Tas itu saja harganya lebih dari 150 juta!” kata Nyonya Januar sambil menunjuk tas Nyonya Barata dengan wajah penuh iri.
“Jangan terlalu menyanjung diriku, teman–teman. Menantuku sama sekali tidak terlalu mengesankan selain berbakti dan memiliki pekerjaan yang layak sehingga putriku tidak perlu bekerja,” kata Nyonya Barata dengan rendah hati sebelum menatap Nina dengan rasa penasaran.
“Oh ya. Nyonya Ayundhiya, kudengar alasan Bella membatalkan pertunangan dengan keluarga Leonard adalah karena dia diam–diam telah menikah dengan pria yang disukainya. Siapa sebenarnya menantumu? Jangan bilang dia dari keluarga kaya juga?”
Mereka bertiga sudah mendengar tentang Bella yang menikahi seseorang pria yang telah dicampakkan. Alasan mereka ada di sana hari ini adalah untuk mengejek Nina.
Oleh karena itu, mereka mengeluarkan semua barang bermerek yang mereka miliki untuk dipamerkan.
Motif mereka adalah untuk menyaksikan Nina merasa terhina dan malu di hadapan mereka.
Namun, begitu Nina mendengar mereka bertanya tentang menantunya, senyum kemenangan mengembang di wajahnya.
“Kalian Benar, Menantuku bukan hanya pria yang baik, tetapi dia juga memiliki identitas yang kuat. Di seluruh Cibaria, tidak ada pria lain yang setara dengannya. Kurasa Ella sangat beruntung bisa menikah dengannya.”
Melihat wajah bangga Nina, mereka bertiga tampak tercengang. Apakah kami mendapatkan informasi yang salah?
Meskipun begitu, setelah mereka melihat sekeliling apartemen kecil dengan dua kamar tidur itu, mereka mendengus.
pun
“Tapi Nyonya Ayundhiya, kabarnya suami Bella telah dicampakkan oleh mantannya karena tidak mampu membayar maskawin sebesar 4,5 miliar. Kalian jangan sampai tertipu olehnya. Saat ini, ada banyak penipu di luar sana, jadi kalian harus berhati–hati. Jangan sampai tertipu,” komentar mereka bertiga, dengan memasang ekspresi khawatir.
Kami akan membocorkan semua rahasiamu. Mari kita lihat bagaimana kau masih bisa berpura-
pura.
“Um…”
Saat Nina bertanya–tanya bagaimana cara menjelaskannya kepada mereka, Aditya dan Bella keluar dari ruangan.
Staf dari dealer mobil telah mengirimkan empat kendaraan yang dibeli Aditya kemarin. Mereka memanggil dan memintanya untuk turun ke bawah untuk menerimanya.