Bab 21 Tolong Kasihanilah
Enam tahun yang lalu, Hotel Nirwana telah berdiri dan terus berkembang dengan pesat.
Dalam waktu kurang dari tiga tahun, cabang Hotel Nirwana telah berdiri di setiap kota besar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu hotel termewah di dunia.
Namun, hingga saat itu tidak ada yang tahu siapa pemilik sebenarnya dari Hotel Nirwana.
Publik hanya tahu bahwa pemiliknya adalah sosok yang sangat berkuasa. Bahkan anggota keluarga kerajaan dari berbagai negara sekalipun tidak berani bersikap kasar atau membuat keributan di Hotel Nirwana.
Sistem keanggotaan diberlakukan di Hotel Nirwana. Mereka yang ingin menjadi pengunjung harus menjadi anggota atau diajak masuk oleh anggota.
Mereka yang ingin menjadi anggota perunggu yang paling umum di Hotel Nirwana harus memiliki aset setidaknya 150 miliar,
Memiliki aset senilai 1,5 triliun merupakan syarat minimum untuk menjadi anggota silver, sementara untuk menjadi anggota gold, seseorang harus setidaknya memiliki aset senilai 15
triliun.
Seseorang dengan aset senilai 150 triliun ke atas akan berhak mengajukan permohonan keanggotaan platinum.
Terakhir, seseorang dengan aset senilai 1,5 kuadraliun akan memenuhi syarat untuk menjadi anggota diamond di Hotel Nirwana.
Belum lagi, memiliki jumlah aset minimal hanyalah sebuah persyaratan dasar. Mereka yang ingin menjadi anggota Hotel Nirwana harus direkomendasikan oleh anggota yang sudah tergabung dalam keanggotaan.
Anggota dengan tingkatan keanggotaan yang berbeda memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlakuan yang berbeda pula.
Oleh karena itu, menjadi salah satu anggota Hotel Nirwana adalah sesuatu yang sangat diidamkan oleh setiap orang sukses karena keanggotaan tersebut menunjukkan kemampuan penuh dari orang tersebut.
Bahkan seorang anggota perunggu biasa pun tidak perlu terlalu khawatir tentang perkembangan bisnis mereka.
Belum lagi, ketika salah satu anggota mengalami masalah, Hotel Nirwana juga akan memberikan bantuan yang berbeda sesuai dengan tingkat keanggotaan anggota tersebut.
Tentu saja, biaya pengeluaran yang dikeluarkan di Hotel Nirwana sangat tinggi, sampai–sampai
seorang jutawan rata–rata hanya bisa bermimpi untuk menikmati layanan mereka.
Orang yang bertanggung jawab atas cabang Hotel Nirwana di Kota Dobo tidak lain adalah Kris, Raja Gerakan Perlawanan Kota Dobo.
Kris berhasil menjadi Raja Gerakan Perlawanan Kota Dobo dalam waktu kurang dari lima tahun, menjadikannya salah satu dari tiga bos paling berpengaruh di Kota Dobo, berkat identitasnya sebagai penanggung jawab Hotel Nirwana.
Saat itu waktu telah menunjukkan pukul setengah enam sore, jam sibuk bagi semua orang untuk makan malam. Pada saat itu, berbagai kendaraan mewah seperti Rolls–Royce, Bentley, Ferrari, Maserati, Cayenne, dan bahkan mobil sport seharga lebih dari 150 miliar diparkir di luar Hotel Nirwana.
Dibandingkan dengan mobil–mobil mewah tersebut, Mercedes–Benz milik Aditya yang harganya sekitar 9 miliar tampak sangat lusuli.
Seorang satpam langsung menghentikan langkah mereka berempat saat mereka sampai di pintu
masuk.
“Selamat siang, Tuan. Tolong tunjukkan kartu keanggotaanmu.”
Satpam itu bersikap sopan dan sangat profesional. Dia sama sekali tidak mengizinkan siapa pun yang bukan anggota Hotel Nirwana untuk masuk ke dalam hotel.
Bella, yang berdiri di samping Aditya, memandang Aditya dengan pandangan menghina saat satpam itu menghentikannya.
“Bukankah kau mengatakan bahwa kau adalah Dewa Perang? Jangan bilang kau bahkan bukan anggota Hotel Nirwana? Semoga saja kau tidak akari menyebabkan aku dan keluargaku diusir dari sini bersamamu!” bisiknya di samping telinganya sambil berpikir.
Aku ingin melihatmu mempertahankan kepura–puraanmu. Ini bukan tempat biasa!
Namun, orang tua Bella sama sekali tidak khawatir bahwa mereka tidak akan bisa masuk ke Hotel Nirwana.
Setelah mendengarkan ucapan Bella, Aditya tersenyum tipis, mengeluarkan kartu bank berwarna rose gold dari dompetnya, dan menyerahkan kartu tersebut kepada satpam.
Kartu bank berwarna rose gold itu adalah simbol kedudukan. Siapa pun yang memiliki kartu itu dapat memasuki hampir semua tempat selain beberapa pangkalan militer atau benteng di beberapa negara.
Ekspresi terkejut terpancar di wajah Bella saat melihat Aditya mengeluarkan kartu bank berwarna rose gold itu.
Bukankah ini kartu yang “diberikan” Ayah kepadanya sebelumnya? Apakah kartu ini juga bisa digunakan
sebagai kartu keanggotaan di Hotel Nirwana?
Dia merasa sangat bingung.
Saat Aditya mengira satpam akan berteriak saat melihat kartu bank berwarna rose gold, satpam itu hanya meliriknya sekilas dan menyerahkan kartu itu kembali kepada Aditya.
“Maaf, Tuan. Ini merupakan fasilitas khusus anggota. Hanya anggota Hotel Nirwana yang bisa masuk.”
Aditya mengerutkan keningnya mendengar jawaban dari satpam tersebut.
Ada apa dengan satpam ini? Aku tidak percaya jika dia tidak mengenali kartu rose gold ini. Seharusnya ini tidak boleh terjadi! Kartu ini setara dengan keanggotaan tingkat berlian tertinggi di Hotel Nirwana ketika aku menggunakannya sebelumnya. Apakah Raka mengubah peraturan di sini dalam lima tahun terakhir?
“Ini adalah kartu rose gold. Lihatlah dengan benar! Aditya mendesak.
“Mohon maaf, Tuan. Kami hanya bisa menerima pemegang kartu keanggotaan di tempat ini. Jika kartu keanggotaanmu hilang atau rusak, silakan hubungi layanan pelanggan kami. Kemudian, kau bisa kembali lagi ke sini.”
Satpam tersebut sangat menjunjung tinggi profesionalitasnya, melarang siapa pun yang tidak memiliki kartu keanggotaan untuk bisa masuk ke dalam Hotel Nirwana.
“Tunggulah di sini, semuanya. Aku harus menjawab panggilan telepon ini.”
Ketika Aditya hendak berbicara kembali, ponsel ayah mertuanya tiba–tiba bergetar. Ayah mertuanya, yang awalnya berdiri di samping Aditya, berjalan ke samping untuk menerima telepon tersebut.
“Aku mengerti. Karena kau tidak mengenali kartu rose gold ini, aku ingin kau memberitahu si berandal, Kris, untuk datang ke sini!” Aditya berkata dengan pasrah setelah menyadari bahwa penjaga itu benar–benar tidak tahu sama sekali tentang kartu rose gold.
“Hei, bajingan. Beraninya kau menyebut nama Tuan Wahyudi dengan seenaknya? Kau pikir kau ini siapa?”
Setelah mendengar permintaan Aditya, seketika senyum ramah di wajah penjaga keamanan itu. lenyap, digantikan dengan seringai.
Dia mengambil walkie–talkie–nya dan memberitahukan hal itu kepada manajernya.
Apa yang sedang terjadi?” Kurang dari dua menit kemudian, seorang manajer paruh baya yang mengenakan setelan jas mewah keluar dari hotel dan bertanya dengan kesal.
“Tuan, beberapa orang ini telah bersikap tidak sopan kepada Tuan Wahyudi…”
Kemudian, petugas keamanan itu menceritakan setiap kata–kata Aditya. Sang manajer terlihat sangat marah setelah mengetahui seluruh kejadian tersebut.
Penjagal Keluarkan orang–orang kurang ajar ini dari sini lalu patahkan kaki mereka!”
Begitu sang manajer menyelesaikan kalimatnya, tampak beberapa petugas keamanan bergegas maju untuk mengusir Aditya dan yang lainnya.
Bella sangat ketakutan. Secara spontan dia segera melindungi ibunya di belakang punggungnya.
Pelanggan lain yang mengantri di belakang, sambil menunggu giliran untuk diperiksa kartu keanggotaannya, juga merasa takut dengan kejadian tersebut.
Namun demikian, tidak ada satu pun dari mereka yang memperlihatkan ekspresi yang menunjukkan bahwa mereka merasa kasihan dengan nasib yang menimpa Aditya dan yang lainnya, apalagi untuk membela mereka.
Kerumunan orang itu hanya menganggap Aditya sebagai orang bodoh, yang ingin sekali mati karena telah menyebabkan keributan di Hotel Nirwana.
“Hmph! Kau ini sedang mencari mati!” Aditya mendengus dingin sebelum mengeluarkan ponselnya dan menelepon Raka.
“Raka, beritahu pada Kris untuk segera keluar dan menemui aku sekarang,” katanya singkat sebelum menutup telepon.
Pada saat itu, Pandu kembali setelah selesai berbicara di telepon. Dia juga merasa ketakutan dengan pemandangan yang terjadi di depan matanya.
“Hmph! Teruslah berpura–pura. Hotel Nirwana bukanlah tempat biasa, jadi kami tentu tidak akan menjamu orang seperti dirimu. Tidak ada seorang pun di seluruh Kota Dobo yang bisa menyelamatkanmu hanya karena ucapanmu yang keterlaluan barusan. Usir mereka!”
Sang manajer mencibir. Dia beranggapan bahwa Ailitya hanyalah seorang anak orang kaya yang sama sekali tidak mengetahui peraturan di Hotel Nirwana, sehingga dia memerintahkan para penjaga untuk segera mengambil tindakan.
Tidak ada yang berani membuat masalah di Hotel Nirwana. Setiap orang bodoh yang melawan peraturan Hotel Nirwana telah menghadapi konsekuensi yang mengerikan selama ini.
Saat itu, seorang pria botak berlari keluar dari gedung dengan panik.
“Bukankah itu Tuan Wahyudi? Ada apa? Mengapa dia sangat terburu–buru?”
Semua orang yang berada di sana bingung ketika melihat Kris, Raja Gerakan Perlawanan Kota Dobo, bergegas keluar dengan panik.
“Hentikan semua ini! Apakah kalian sudah gila? Beraninya kalian mencoba menyakiti Tuan
Tripathi, Akan kubunuh kalian semua!”
Kris segera menghajar manajer dan petugas keamanan ketika dia tiba di pintu masuk hotel. Kemudian, dia langsung berlutut di hadapan Aditya dengan ekspresi ketakutan.
“Aku minta maaf atas kelalaianku dalam mendisiplinkan bawahanku, Tuan Tripathi, hingga membuatmu merasa tidak senang. Aku pantas dihukum mati karena kesalahanku. Mohon kasihanilah aku, Tuan Tripathi…”
Dengan demikian, Kris berulang kali menampar wajahnya sendiri.