Bab 22 Memesan Seluruh Tempat
“A–Apakah orang itu benar–benar adalah Kris yang asli? Atau aku hanya salah lihat?”
“Kau tidak salah. Siapa lagi kalau bukan dia yang memiliki kepala botak berkilau seperti itu?”
Saat itu pukul enam sore dan merupakan jam sibuk untuk makan malam.
Di luar Hotel Nirwana, terdapat antrian panjang orang–orang yang sedang menunggu verifikasi kartu keanggotaan mereka.
Saat itu juga, semua orang tampak terkejut seolah–olah mereka baru saja melihat hantu. Mereka menatap tak percaya pada pemandangan yang terjadi di depan mata mereka.
Itu adalah Kris! Salah satu dari tiga tokoh terkemuka di Kota Dobo! Dia juga salah satu orang yang bertanggung jawab atas Hotel Nirwana.
Bahkan Petra, orang terkaya di Kota Dobo, dan Tuan Kaya Sasongko pun sama sekali tidak berani tampil di hadapan Kris, apalagi orang biasa.
Kris sendiri adalah sosok kuat yang mampu mengendalikan segalanya dan membuat siapa pun tunduk dan patuh pada perintahnya di Kota Dobo. Namun, pada saat itu, seseorang yang sekuat dirinya, entah bagaimana bisa berlutut di hadapan seorang pemuda yang sama sekali tidak dikenalnya dan bahkan menampar dirinya sendiri berulang kali sambil memohon. pengampunan.
Pemandangan itu benar–benar menghancurkan segala pemahaman orang–orang kaya yang ada di sana. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Siapakah pemuda yang ada di depan kita ini? Kekuasaan besar apa yang dimilikinya sehingga bisa membuat Kris berlutut ketakutan di hadapannya? Tidak heran dia berani memanggil Kris dengan namanya.
Terlepas dari semuanya, orang yang paling terkejut dengan peristiwa ini adalah wanita. yang berdiri di samping Aditya, Bella.
Tadinya, dia sudah bersiap–siap untuk melarikan diri bersama ibunya beberapa saat yang lalu.
Namun, tindakan Kris setelah dia terburu–buru keluar dari hotel membuatnya benar–benar terkejut.
Dia yakin bahwa pria botak di hadapannya tidak diragukan lagi adalah Kris.
Dulu, saat Perusahaan Ayundhiya tengah mengajukan penawaran untuk sebuah proyek yang dipimpin oleh Kris, Bella pernah mendapat kesempatan istimewa untuk melihatnya dari dekat.
Meskipun hanya satu atau dua menit, kepala botak Kris yang berkilau itu sangat mencolok dan meninggalkan kesan mendalam dalam benak Bella
yang
Pikiran Bella mulai berpacu. Mungkinkah Aditya tidaklah berbohong? Apakah dia benar–benar orang p
diceritakan dalam legenda? Dewa Perang yang tak terkalahkan yang telah menghancurkan ribuan pasukan dan membuat dunia gempar? Tapi selain dia memiliki nama yang sama “Aditya” dengan Dewa Perang yang dikisahkan dalam legenda, pikiran dan tingkah lakunya sama sekali berbeda dengan apa yang diceritakan dalam legenda!
Bella mulai mengingat kembali rumor tersebut. Legenda mengatakan bahwa Aditya, sang Dewa Perang, memiliki kekayaan dan pengaruh yang tidak terbatas. Dia sangat cepat dan tegas dalam bertindak dan sama sekali tidak pernah menunjukkan belas kasihan pada musuh–musuhnya!
Dia kemudian mengamati “Aditya” yang ada di depan matanya dengan seksama. Aditya yang satu ini adalah seorang penggoda! Dia adalah pria romantis yang selalu menggoda wanita, dan dia bahkan tidak bisa membayar 4,5 miliar sebagai maskawin. Bagian terburuknya adalah dia bahkan telah mengelabui ayahku untuk memberinya uang!
Bella merasa yakin bahwa pandangannya terhadap dunia akan runtuh jika pria di hadapannya itu memang Dewa Perang. Namun, jika dia bukan Dewa Perang, bagaimana bisa menjelaskan kejadian ini? Bagaimana mungkin dia, dengan satu panggilan telepon, membuat Kris berlari ke sini hanya untuk berlutut dan meminta maaf?
Bella pun merenung sejenak. Di seluruh Kota Dobo, semestinya tidak ada orang lain selain Tuan Tumiwa yang misterius yang memiliki pengaruh seperti itu. Mungkinkah dia adalah Tuan Tumiwa yang misterius itu sendiri? Tidak, itu tidaklah benar. Kris baru saja memanggilnya Tuan Tripathi, bukan Tuan Tumiwa.
Saat Bella memikirkan tentang Raka, sebuah pemikiran muncul di benaknya. Namun, saat dia mencoba memahaminya lebih jauh, dia sama sekali tidak dapat memahami pemikiran itu.
Sementara itu, Kris masih berlutut di lantai. Dia sama sekali tidak memikirkan tentang publik yang sedang menatapnya dengan tatapan penasaran. Pada saat itu juga, dirinya dipenuhi rasa
takut.
Beberapa menit sebelumnya, Kris sedang mendengarkan laporan dari bawahannya di ruang konferensi ketika dia tiba–tiba menerima telepon dari Raka.
“Kris, kau pasti sudah mulai berani. Bosku, Tuan Tripathi, telah berkunjung ke Hotel Nirwana. Beraninya anjing–anjing peliharaannya melarang dia masuk ke hotel! Apakah kau masih ingin mempertahankan posisimu atau tidak? Jika tidak, maka aku akan menyuruh orang lain untuk mengambil alih posisimu sekarang juga. Ada banyak orang di luar sana yang mengincar posisimu.”
Meskipun percakapan itu dilakukan melalui telepon, Kris masih bisa mendeteksi adanya niat membunuh yang terpancar dari Raka.
Saat itulah Kris menyadari bahwa ada sosok penting lain di belakang Raka.
Penemuan ini membuat Kris merasa ketakutan karena Raka seperti kehadiran dewa di dalam hatinya.
7
Lima tahun yang lalu, Kris hanyalah seorang berandal kecil yang berkeliaran di jalanan. Hanya berkat bantuan Raka, Kris bisa naik ke posisi berharga sebagai Raja Gerakan Perlawanan Kota Dobo dan menjadi orang yang bertanggung jawab atas Hotel Nirwana.
Dengan satu pernyataan dari Raka, semua yang dimiliki Kris akan lenyap dengan sekejap.
Tidak pernah dalam mimpi terliarnya sekalipun dirinya menyangka akan ada seseorang yang lebih hebat dari Raka, yaitu Aditya. Betapa hebatnya Tuan Tripathi ini hingga bisa memerintah di atas Tuan Tumiwa!
Pada saat itu, Kris sudah tidak berharap banyak. Dia sudah tidak peduli lagi untuk mempertahankan posisinya sebagai penanggung jawab Hotel Nirwana.
Dia juga tidak berharap untuk tetap menjadi Raja Gerakan Perlawanan Kota Dobo.
Satu–satunya harapannya adalah agar Aditya mengampuni nyawanya.
Kris berulang kali menampar dirinya sendiri, namun dia tetap tidak mendengar apa pun dari Aditya. Dia mulai merasa putus asa, dan tubuhnya mulai bergetar.
“Tuan Tripathi, tolong maafkan aku. Ini semua adalah kesalahanku! Aku akan mengusir manajer dan para petugas keamanan ini nanti! Aku tidak akan pernah membiarkan mereka muncul di hadapanmu lagi!” Menyadari bahwa tamparan yang dilakukannya sendiri tidaklah efektif, Kris mengubah taktiknya. Dia mulai menunduk dengan kepala hampir menyentuh lantai.
Kepalanya yang besar membentur lantai marmer mewah yang kokoh, mengeluarkan suara hentakan yang tak terhitung jumlahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum dahinya mulai berdarah, dan darah mengalir di wajahnya.
Pemandangan itu sungguh sangat mengerikan.
Sedangkan sang manajer dan para penjaga keamanan, mereka sudah tersungkur ke lantai dengan ketakutan.
Mereka sama sekali belum pernah menyaksikan Kris begitu takut pada manusia lain.
Namun, mereka melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri pada hari itu, dan itu merupakan pemandangan yang sangat mengejutkan.
Ketika Kris menyatakan bahwa dirinya akan menyingkirkan mereka, sang manajer justru telah kencing di celana. Aroma air seni segera memenuhi area tersebut.
Rona wajah para petugas keamanan pun ikut menghilang.
Melihat cara Kris melakukan berbagai hal, para bawahannya yakin bahwa niatnya bukanlah sebatas memecat mereka saat dia mengumumkan akan menyingkirkan mereka. Dia mengatakan bahwa dia akan menyingkirkan kita dari muka bumi ini! Siapakah orang ini? Bagaimana dia bisa memaksa Tuan Wahyudi hingga seperti itu?
Dari semua orang yang hadir, orang tua Bella adalah satu–satunya orang yang menonton dengan penuh antusias. Apakah ini kekuatan Dewa Perang? Dia berhasil menakut–nakuti sosok tangguh di Kota Dobo tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kali ini, kita benar–benar berada di hadapan Dewa Perang yang perkasa!
Wanita secara alami lebih sensitif terhadap bau yang menyengat. Oleh karena itu, Bella tanpa sengaja mengerutkan keningnya saat sang manajer sedang buang air kecil tak terkendali.
Ketika Aditya menyadari ekspresi murung di wajah Bella, satu–satunya keinginannya adalah segera membawa Bella ke dalam ruangan secepat mungkin. Dia segera membuka mulutnya dan berbicara kepada Kris, yang masih membenturkan kepalanya ke lantai. “Berdirilah. Kalian semua hanya melakukan tugas kalian untuk menjaga keamanan hotel. Kali ini aku akan membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Hari ini adalah hari ulang tahun istriku! Pergi dan siapkan persiapannya!”
“Baiklah, Tuan Aditya! Akan kusiapkan sekarang juga!” Kris merasa seolah–olah beban dunia telah terangkat dari pundaknya ketika Aditya, akhirnya, mengatakan sesuatu. Kemudian, dengan menggunakan kemejanya, dia dengan cepat menyeka darah dari dahinya.
Setelah memberikan jawabannya, Kris melirik ke arah sang manajer, yang telah tersungkur di lantai dan membasahi dirinya sendiri. “Segera ganti pakaianmu, lalu hubungi semua pelanggan di hotel. Katakan kepada mereka bahwa seseorang telah memesan seluruh tempat untuk malam ini dan suruh semua orang pergi. Perintahkan orang–orang yang mengantre untuk pulang juga!”
Setelah Kris selesai menginstruksikan manajer, dia langsung menuntun keluarga Aditya dan Bella masuk ke dalam hotel.
Adapun orang–orang kaya yang mengantre untuk memverifikasi kartu keanggotaan mereka, merasa kesal mendengar perkataan Kris, tetapi tidak ada yang berani untuk berbicara.
Mereka beranjak pergi dengan dipandu oleh staf hotel.
Di antara kerumunan orang yang bubar, seorang pria paruh baya dengan wajah brewokan sesekali menoleh ke arah Aditya. Dia sama sekali tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa Aditya tampak tidak asing. Seolah–olah mereka pernah bertemu sebelumnya.