Bab 24 Dipecat
Bella dan keluarganya akan bersiap–siap untuk sarapan ketika terdengar suara ketukan di pintu. Dia segera membukakan pintu.
“Apa yang kau lakukan di sini, Haris?”
Wajah Bella tampak murung saat melihat sang tamu.
Tanpa menjawabnya, Haris berjalan melewatinya dengan sikap arogan dan melenggang masuk.
Dia datang atas nama keluarga Ayundhiya, jadi dia merasa yakin bahwa hanya Pandu, sang kepala. keluarga, yang berhak berbicara dengannya.
“Paman Pandu, kakek telah mengizinkan kau dan keluargamu untuk kembali ke tengah–tengah keluarga, namun dengan beberapa syarat–Bella harus mengembalikan Perusahaan Ayundhiya kepada kami. Dia adalah wanita yang sudah menikah dan bukan lagi bagian dari keluarga. Ayundhiya. Perusahaan Ayundhiya adalah hasil kerja kerasnya selama ini, jadi tidak boleh jatuh ke tangan orang lain. Selain itu, Bella harus menutupi kekurangan keuangan perusahaan dan memulihkan beberapa pesanan yang hilang sebelum mengembalikan Perusahaan Ayundhiya kepada kami. Setelah syarat–syarat itu terpenuhi, ku baru bisa kembali menjadi anggota keluarga.”
Haris terlihat begitu berlagak menggurui sehingga seolah–olah dia sedang bermurah hati kepada Bella dan keluarganya.
Sebenarnya, Randi hanya memintanya untuk datang dan mengundang mereka kembali.
Haris telah bertindak semaunya sendiri dengan menetapkan syarat–syaratnya.
“Um…” Pandu terdiam setelah melirik Bella. Mereka sudah tahu bahwa Aditya telah membeli Perusahaan Ayundhiya dan menghadiahkannya kepada Bella pada hari sebelumnya.
Mereka awalnya berencana untuk meminta Bella mengembalikan Perusahaan Ayundhiya kepada Randi karena bagaimanapun juga, itu adalah hasil kerja keras Randi.
Karena sudah terbiasa menjadi korban perundungan, mereka bahkan tidak berpikir ada yang salah dengan tuntutan Haris yang sangat tidak masuk akal.
Melihat mata ayahnya yang penuh semangat, Bella teringat akan pesta ulang tahun yang diadakan ayahnya untuknya pada malam sebelumnya.
Dia mulai membuka mulutnya namun sama sekali tidak bisa berkata tidak pada Haris.
“Kau adalah putra Affan, si brengsek itu, ya kan? Kembalilah dan beritahu pria tua itu untuk mengutus seseorang yang memiliki sedikit otak untuk memohon pada istriku dan keluarganya untuk kembali. Kau pikir kau ini siapa? Kau hanya seorang pemula. Dan juga, jangan pernah
bermimpi untuk mendapatkan kembali Perusahaan Ayundhiya. Jika kau tak bisa mendapatkan pekerjaan, ada banyak pekerjaan serabutan di Perusahaan Ayundhiya. Kami bisa membuat pengecualian untukmu dan mempekerjakanmu karena dulunya kita adalah saudara. Aku sudah selesai bicara. Sekarang, pergilah!” Aditya berkata sambil menikmati sarapan setelah menyadari bahwa Bella berada dalam dilema.
Melihat betapa sinisnya Aditya, Haris menjadi sangat marah. “Ini adalah urusan keluarga kami. Kau pikir kau ini siapa sampai bisa ikut campur-”
Haris berhenti di tengah kalimat dan dengan cepat langsung melarikan diri saat melihat Aditya mengambil kursi, siap untuk melempar kursi itu ke arahnya.
“Sayang sekali!”
Pandu sudah tidak bisa mengatakan apa–apa lagi karena Aditya telah mengatakannya.
Meskipun dia ingin Bella mengembalikan perusahaannya kepada Randi, dia sama sekali tidak berani melawan Aditya setelah dia mengingat betapa takutnya Kris di depan Aditya sehari sebelumnya.
“Aditya Tripathi, Kakek akhirnya memberi kita kesempatan untuk kembali menjadi bagian dari keluarga, tapi kau malah mengusir Haris. Apa sebenarnya yang kau lakukan?” Bella bertanya dengan marah sambil memelototi Aditya setelah melihat Haris melarikan diri ketakutan.
Setelah diusir dari keluarga, yang terbaik bagi kami adalah kembali ke tengah–tengah keluarga. Kakek akhirnya memberi kami kesempatan, tapi si brengsek ini justru mengacaukannya.
Bella sangat marah pada Aditya sampai–sampai dia ingin mencekiknya sampai mati.
“Jangan khawatir. Mereka akan kembali. Jangan buang waktu untuk berbicara dengan mereka jika bukan kakekmu yang datang nanti.”
Kemudian, Aditya melanjutkan makan oatmeal–nya. “Ibu, oatmeal yang kau buat ini sangat lezat. Ini mengingatkanku pada rumah!”
Aditya menghabiskan tiga mangkuk oatmeal dan masih ingin makan lagi.
“Kakekku sangat menjaga harga dirinya. Apakah kau ingin dia secara pribadi datang dan menjemput kita kembali? Bermimpilah!”
Apa yang dikatakan Aditya membuat darah Bella mendidih.
“Benarkah begitu? Aku bisa menjamin bahwa Kakek pasti akan datang ke depan pintu dan memohon agar kita kembali dalam waktu tiga hari. Aku sudah kenyang sekarang. Aku akan pergi bekerja.”
Setelah meletakkan peralatannya, Aditya mengambil kunci mobilnya dan berangkat kerja.
Alasan mengapa dirinya tetap pergi bekerja adalah karena dia sama sekali tidak ingin orang lain mengatakan bahwa Bella memiliki suami yang pemalas.
“Kau…
Bella sangat marah sehingga dia sudah tidak berminat lagi untuk sarapan, jadi dia juga mengambil kunci mobil Audi biru itu dan berangkat kerja.
Perusahaan Ayundhiya yang berantakan sedang menunggunya untuk segera dibereskan.
Kunjungan Haris yang mendadak telah menyebabkan mereka terlambat tiba di perusahaan.
Aditya terlambat lebih dari sepuluh menit ketika dia tiba dengan Mercedes–Benz putihnya.
Namun dia sama sekali tidak peduli seperti biasanya.
Sebelum berakhirnya Perjanjian Lima Tahun, dia sama sekali tidak dapat menggunakan kekayaan atau pengaruhnya dan harus hidup seperti orang biasa.
Namun, setelah lima tahun berlalu, kini semuanya berbeda. Dia sekarang sangat kaya dan tidak perlu khawatir tentang uang sama sekali.
Pergi bekerja hanya untuk menjaga agar penampilannya tetap baik. Dia sama sekali tidak memikirkan berapa banyak gajinya yang akan dipotong.
Setelah memarkir mobilnya di garasi bawah tanah dia pun berjalan dengan santai ke perusahaan.
Aditya bekerja di Media Prakarsa, salah satu dari tiga perusahaan teratas dalam industri periklanan.
Dia bergabung dengan perusahaan tersebut untuk mengejar Malini saat itu. Dia mulai bekerja sebagai pemasang iklan dan terus naik jabatan di perusahaan tersebut hingga menjadi bagian dari departemen manajemen proyek, tempat Malini bekerja.
Saat Aditya masuk ke kantor departemen manajemen proyek, pemilik Media Prakarsa yang berjenggot keluar dari ruangannya dan kebetulan melihat Aditya.
Dia langsung teringat pemandangan yang dilihatnya di luar Hotel Nirwana sehari sebelumnya.
“Tidak mungkin itu adalah dia. Bagaimana mungkin orang besar seperti dia muncul di perusahaan kecil milikku?”
Pria brewokan itu, Miko Wardana, menggeleng–gelengkan kepalanya untuk menyingkirkan pikiran yang sama sekali tidak realistis itu dari benaknya.
Kemudian, dia menuju ke ruang konferensi.
Sementara itu, rekan–rekan kerja Aditya terkejut saat melihatnya di kantor departemen
manajemen proyek.
Mereka sudah mengetahui apa yang telah terjadi antara dirinya dan Malini.
Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Aditya masih punya nyali untuk datang menemui Malini di perusahaan.
“Aditya, kenapa kau kemari? Untuk mendapatkan Malini kembali?” ejek seorang pemuda tinggi kurus dengan pakaian kasual dan kacamata tanpa bingkai.
“Omong kosong. Tentu saja, aku datang untuk bekerja!” Aditya memutar bola matanya ke arah pria itu.
Pria itu bernama Kiano Suma, salah satu antek setia Geri Ginanjar, atasan Aditya.
Semua orang
di kantor semakin terkejut ketika mendengar jawaban Aditya.
“Kenapa kau masih masuk kerja? Kemarin kau tidak masuk kerja tanpa alasan, jadi kau telah dipecat. Oh, benar. Tuan Ginanjar menyuruhku untuk memberitahumu kemarin, tapi aku terlalu sibuk sehingga aku lupa mengenai hal itu! Ups!”
Kiano terlihat sangat terkejut, dan tiba–tiba wajahnya berubah menjadi sombong.
“Tidak masuk kerja tanpa alasan?”
Kemudian, Aditya mengeluarkan ponselnya dan memeriksa WhatsApp–nya.
Sama sekali tidak bisa dipercaya Tuan Ginanjar tidak menyetujui permintaan cutiku.