Bab 25 Malini Bertindak Terlalu Jauh
Aditya berbalik menanyai Kiano dengan dingin, “Apakah aku dipecat? Aku ingat bahwa jika perusahaan ingin memecat karyawan, hal itu harus ditandatangani dan disetujui oleh orang- orang di tingkat manajer. Apa hak Geri untuk memecatku hanya dengan posisi seorang supervisor?”
Saat Aditya bermaksud untuk berbalik dan mencari sang manajer, pintu ruangan Geri tiba–tiba
terbuka.
Malini dan Geri keluar dari ruangan sambil mengobrol dan tertawa.
Malini terlihat masih secantik biasanya. Matanya yang menawan bisa memikat pria mana pun.
Perasaan Aditya mulai campur aduk saat melihat Malini.
Selama lima tahun terakhir, dia menganggap Malini adalah gadis kecil yang dulu pernah ménolongnya.
Dia telah membayar sebagian besar uang muka untuk rumahnya.
Dia juga telah membiayai modal untuk orangtuanya agar bisa membudidayakan sayuran rumah kaca di pinggiran kota.
Selain itu, dia juga sering memberikan uang jajan kepada Gio, adiknya.
Seperti orang–orang sederhana di dunia maya, Aditya telah menghabiskan sebagian besar uang hasil jerih payahnya untuk Malini dan keluarganya selama lima tahun terakhir.
Meskipun demikian, sikap Malini terhadapnya seperti pasang surut, dan dia tidak lebih baik dari seorang pria cadangan baginya.
Bahkan ketika mereka sedang makan di restoran mewah, Malini hanya akan memotret makanannya dan sama sekali tidak pernah memotret dirinya.
Selama perayaan
perayaan hari raya, dia akan meminta hadiah berupa uang darinya. Dia juga ingin jumlahnya menjadi sebuah angka simbolis.
Jika Aditya tidak memberikan jumlah yang cukup, dia akan mengamuk.
Pada bulan Mei tahun lalu, Aditya yang baru saja menerima gaji bulanannya ketika Gio datang dan “meminjam” seluruh uangnya.
Oleh karena itu, dikarenakan keterbatasan keuangan, Aditya hanya bisa memberikan hadiah uang dalam jumlah kecil kepada Malini pada liburan romantis di bulan Mei.
Namun, Malini sangat tidak puas dan akhirnya menampar Aditya di depan semua orang di
perusahaan.
Hal itu sama sekali tidak berarti bagi Aditya.
Paling–paling, orang lain akan beranggapan bahwa Malini hanya bersikap sok dan mementingkan
diri sendiri.
Yang membuat Aditya sangat marah adalah ketika dia bertanya tentang gelang kenari itu, Malini justru berbohong dan mengatakan bahwa gelang itu miliknya.
Oleh karena itu, sejak dia mengetahui kebenarannya, Aditya langsung merasa tertipu.
Geri berteriak, “Kau sudah dipecat, jadi apa yang kau lakukan di sini, Aditya? Malini telah setuju untuk menjadi pacarku kemarin, jadi pergilah. Jika kulihat kau datang lagi untuk mengganggu Malini, akan kupatahkan kedua kakimu!“,
Setelah melihat cara Aditya menatap Malini, Geri berpikir bahwa Aditya merasa menyesal telah mengakhiri hubungan mereka dan ingin kembali bersamanya.
Dia dengan cepat melangkah maju sambil memperingatkan Aditya dengan penuh kesombongan dan mencengkeram kerah kemejanya. Kemudian, dia menarik kerah baju itu dengan keras.
Namun, sekeras apa pun dia menarik, Aditya tetap tidak bergeming.
Sebaliknya, dia malah terhuyung mundur beberapa langkah saat Aditya mendorong bahunya dengan pelan.
Seluruh adegan itu sangat memalukan, tetapi tidak ada satupun yang berani menertawakannya.
Saat melihat Geri dalam kesusahan, tatapan mata Malini terlihat kesal. Namun demikian, dengan cepat dia menutupinya.
Sama halnya dengan Geri, dia mengira bahwa Aditya ingin kembali padanya.
Hal itu karena setelah meninggalkan rumah mereka hari itu, Aditya dan Bella sama sekali tidak muncul di tempat pernikahan.
Berdasarkan pemahamannya tentang Bella, Bella hanya menyukai pria yang cerdas. Dia hanya akan jatuh hati pada pahlawan seperti Aditya, sang Dewa Perang.
Sedangkan untuk pecundang yang sama sekali tidak menjanjikan seperti Aditya, dia sama sekali tidak akan memedulikan dirinya.
Hari itu, Bella mungkin hanya membantu Aditya dengan melakukan beberapa hal dan hanya mengambil kesempatan untuk membuatnya kesal.
Membayangkan Aditya menamparnya di depan begitu banyak orang tempo hari dan telah mempermalukannya, darah Malini mulai mendidih.
Tanpa sepatah kata pun, dia melangkah maju, inengangkat tangannya, dan mengayunkannya ke wajah Aditya.