Bab 28 Permintaan Maaf
Aditya menceritakan kepada Miko mengenai dendam antara dirinya dan Geri.
Sementara itu, Geri tengah berada di luar ruang konferensi. Masih dalam keadaan kebingungan sejak dirinya diusir oleh Miko.
Bukankah orang yang telah menerobos masuk ke dalam ruang konferensi adalah si berandalan itu, si Aditya? Lalu, mengapa Tuan Wardana malah memukuliku? Mungkinkah, Tuan Wardana menahan Aditya karena dia ingin memberinya pelajaran? Pasti itu yang terjadi!
Semua orang tahu bahwa Miko adalah sosok yang kejam. Apalagi dengan brewoknya yang lebat, membuatnya mirip dengan seorang jenderal militer yang kejam dari zaman Cibaria kuno.
Geri sudah tidak sabar untuk menyaksikan bagaimana Aditya melarikan diri dari ruang konferensi nanti.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Aditya dan Miko keluar dari ruang konferensi bersama–sama.
Semua orang yang berada di luar melihat bahwa Aditya tampak baik–baik saja dan dalam kondisi yang baik. Di sisi lain, Miko bukan hanya basah kuyup, tetapi juga ada benjolan di kepalanya.
Mereka dibuat terkejut oleh pemandangan di hadapan mereka.
“Kau benar–benar manusia barbar, Aditya! Beraninya kau memukuli Tuan Wardana! Biar kupanggil petugas keamanan ke sini untuk menangkap orang barbar yang tidak taat hukum ini. Dia akan diserahkan ke kantor polisi dan dijebloskan ke dalam penjara!” Geri berseru.
Baru saja Geri akan memberitahu petugas keamanan untuk datang, Miko menyela, “A–Apa yang kau bicarakan, Tuan Ginanjar? Aku tidak sengaja membenturkan kepalaku tadi, sehingga ada luka di dahiku. Selain itu, aku juga telah menyelidiki masalah antara kau dan Aditya. Aditya telah mengajukan izin untuk cuti. Namun, kau justru menggunakannya sebagai alasan untuk memecat Aditya. Sekarang kamu bisa melepaskan posisimu sebagai supervisor.”
Setelah Miko memberikan pelajaran kepada Geri, dia menoleh ke arah Aldi dan berkata, “Dan kau, Tuan Bramanty. Bagaimana bisa kau dengan mudahnya setuju untuk memecat seorang pekerja yang luar biasa tanpa menyelidiki masalah ini dengan seksama? Kau akan mengambil alih posisi Tuan Ginanjar untuk sementara. Aku akan memilih kandidat lain yang cocok untuk mengambil peran manajer. Kalian berdua, segeralah minta maaf pada A–Aditya sekarang juga!”
Setelah Miko menyelesaikan kalimatnya, diam–diam dirinya melirik Aditya yang berdiri di sampingnya dari sudut matanya. Dia hanya bisa menghela napas lega ketika melihat Aditya mengangguk.
Baik Geri maupun manajer yang diturunkan jabatannya, Aldi, sama–sama tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat.
Apa yang sedang terjadi di sini!
Geri sangat bingung dengan situasi tersebut. Dia masih belum sadar dari tamparan Miko beberapa saat yang lalu. Namun, saat ini dia kembali mendapat pukulan yang lebih keras lagi.
Dia lalu berkata, “T–Tuan Wardana, kau tidak bisa begitu saja mendengarkan semua yang dikatakan si bajingan itu. Dia…”
Geri sangat terkejut dan mulai bicara dengan terbata–bata. Dia ingin menjelaskan cerita dari sudut pandangnya kepada Miko, namun yang diterima justru tatapan tajam dari Miko.
Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak menyelesaikan kalimatnya.
Geri berjalan ke arah Aditya dengan tatapan enggan dan berkata, “Maafkan aku!”
Setelah mengatakan itu, Geri menundukkan kepalanya dan melangkah ke samping.
Manajer yang berdiri di sampingnya, Aldi, juga tampak bingung. Bukankah semuanya berjalan lancar pada pertemuan tadi? Bagaimana bisa aku tiba–tiba diturunkan jabatannya dari manajer menjadi supervisor?
Semuanya terjadi hanya dalam kedipan mata, dan Aldi sama sekali tidak bisa memahami apa yang baru saja terjadi.
“Apakah kau tidak akan meminta maaf?” Miko bertanya kepada Aldi dengan wajah kurang puas.
“Aku minta maaf!” Aldi hanya bisa meminta maaf kepada Aditya dengan enggan setelah diturunkan jabatannya.
“Tidak masalah. Kalau begitu, aku akan kembali bekerja dulu!” Aditya mengangguk puas dan kembali bekerja setelah menerima permintaan maaf dari Geri dan Aldi.
Aditya sama sekali tidak ingin ada orang yang menggosipkan istrinya, tapi juga malas mencari pekerjaan baru.
Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tetap bekerja di pekerjaannya saat ini untuk sementara
waktu.
Di area kantor departemen manajemen proyek, sekelompok orang dengan penuh semangat menunggu kedatangan Aditya yang menyedihkan. Mereka ingin melihat Aditya berkemas dan keluar dari kantor.
“Malini, coba tebak kira–kira apa konsekuensi Aditya jika membuat keributan di ruang konferensi?” Kiano bertanya kepada Malini, yang sedang melamun.
Malini mengertakkan gigi dan menjawab, “Tidak perlu menebak–nebak. Dilihat dari kepribadian Tuan Wardana, dia pasti akan menyuruh petugas keamanan untuk memukuli Aditya dengan brutal sebelum menyeretnya keluar dari ruang konferensi.”
Saat Malini selesai berbicara, Aditya yang tampak penuh energi muncul di hadapan mereka.