“Apa yang kau…” Bella menaikkan alisnya, terlihat kebingungan. “Aku menuliskan nama Malini ketika aku membeli rumah itu. Berhubung mereka telah mengusirku dan sekarang aku tidak punya tempat tinggal terlebih lagi ini sudah larut malam, jadi…” Aditya menjawab dengan ekspresi malu. Meskipun dia telah diusir dari rumahnya oleh keluarga Shankara setelah mereka menguasainya, dia sama sekali tidak merasa marah. Sebaliknya, dia merasa sedikit berterima kasih kepada mereka. Karena itu, aku punya alasan untuk pindah ke tempat Bella dan tinggal bersamanya. “Masuklah. Namun, biar kukatakan ini sebelumnya. Kau harus segera pindah setelah ini semua berakhir.” Bella menganggap bahwa dirinya mungkin membutuhkan bantuan Aditya untuk menghadapi orang tua dan kakeknya, jadi dia pun menyetujui permintaannya. Dengan begitu, mereka berdua mulai tinggal di bawah satu atap. Rumah yang disewa Bella hanya memiliki dua kamar, satu berfungsi sebagai kamar tidur dan satu lagi sebagai ruang kerja. Selain itu, rumah itu juga dilengkapi dengan ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Dekorasi rumah itu sebagian besar berwarna merah muda, dengan aroma samar yang mencerminkan feminitas. Karena kedatangan Aditya, dia harus mengosongkan ruang kerja untuk ditinggali Aditya. Dengan berpakaian kasual, Bella tampak seperti seorang istri yang rajin saat mempersiapkan tempat tidur untuk Aditya. “Rasanya sangat menyenangkan memiliki seorang istri!” Aditya tampak bahagia saat bersandar di pintu dan melihat Bella yang sibuk dengan tugasnya. “Tempat tidur sudah dirapikan. Kau bereskan sisanya sendiri.” Bella masih belum terbiasa hidup dengan seorang pria, jadi dia langsung berlari kembali ke kamarnya dan mengunci pintu setelah merapikan tempat tidur Aditya. Meskipun pria itu biasa menunjukkan kesan bahwa dirinya adalah orang yang jujur, namun cara dia bertindak hari ini telah membuatnya merasa bahwa dugaannya salah. Pria ini tampaknya telah mengubah sasarannya kepada diriku, karena dia terus menatapku dengan tatapan aneh. Perkataannya juga terdengar cukup norak! Dia berbaring di tempat tidur dan sama sekali tidak bisa tidur, tidak peduli seberapa keras dia mencobanya. Isi pikirannya benar-benar kusut. Sungguh malam tanpa tidur untuknya. Hal yang sebaliknya terjadi pada Aditya di kamar sebelahnya. Berbaring di tempat tidur yang telah disiapkan Bella untuknya dan mencium aroma yang samar-samar, dia merasa sangat rileks dan nyaman. Setelah beberapa waktu, dia pun tertidur dan baru terbangun saat fajar menyingsing. Dia mendapati lusinan surel yang belum dibaca di kotak surat ponselnya saat dirinya terbangun. Teringat bahwa Perjanjian Lima Tahun telah berakhir tepat tengah malam pada malam sebelumnya, Aditya membaca semua surel tersebut. Semuanya merupakan pesan dari para petinggi di seluruh dunia dan mantan bawahannya, yang memberikan ucapan selamat atas berakhirnya Perjanjian Lima Tahun dan pengaktifan kembali dari kartu bank. Selain Raka, semua orang di dunia hanya tahu bahwa dirinya telah menghilang selama lima tahun, tanpa ada yang tahu bahwa dirinya telah tinggal di Kota Dobo selama lima tahun dengan identitas yang biasa saja. Berakhirnya Perjanjian Lima Tahun menandakan bahwa mulai saat ini, dia memiliki akses ke seluruh sumber dayanya lagi. Namun, setelah membaca semua surel, Aditya menghapus semuanya tanpa menanggapinya. Aku saat ini tidak ingin pergi ke mana pun. Aku hanya ingin tetap berada di sisi Bella. Rasanya akan sempurna jika kami bisa memiliki bayi bersama-sama. “Kau sudah bangun lebih awal. Aku akan pergi membeli sesuatu sekarang. Ikutlah denganku untuk menemui orang tuaku nanti.” Bella terlihat lesu saat dia berbicara kepadanya di dekat pintu. Terlihat jelas bahwa dia kurang tidur pada malam sebelumnya. “Baiklah!” Dia segera berlari untuk mandi. Namun, tidak lama setelah dirinya keluar, bel pintu berdentang. Aditya mengira bahwa dirinya lupa membawa kunci dan dengan cepat berlari membuka pintu. “Kenapa kau…” Dia langsung membuka pintu dan baru saja akan meledeknya ketika dia tiba-tiba menghentikan ucapannya, karena alih-alih Bella, seorang pria dan wanita paruh baya dengan lingkaran hitam di bawah mata mereka justru berdiri di luar. Pria itu mempunyai bentuk wajah persegi dan bertubuh tinggi serta kekar, sedangkan wanita itu tampak anggun dan tenang. Siapa pun bisa mengetahui bahwa mereka berasal dari keluarga kaya. Selain itu, ekspresi dan sikap mereka mengingatkannya pada Bella. “Siapa yang kalian cari?” Meskipun dia sudah bisa menebak dengan baik tentang identitas mereka, dia tetap saja tidak bisa menahan diri untuk tidak melontarkan pertanyaan itu. “Jadi, kau Aditya? Kami orang tua Ella,” jawab ibu Bella dengan dingin setelah mengamatinya sejenak. “Oh, jadi ini ayah mertua dan ibu mertuaku. Ayo masuk dan minum teh.” Aditya dengan cepat mempersilakan mereka masuk dan menuangkan teh untuk mereka. “Tidak perlu. Aku yakin kau sudah tahu tujuan kedatangan kami hari ini. Di dalam kartu ini ada 4,5 miliar. Ambil uang itu dan tinggalkan putri kami,” kata Nina Raharja dengan dingin dan dengan cepat mengeluarkan sebuah kartu bank dari dalam tasnya dan melemparkannya ke atas meja. Setelah Randi terbangun pada malam sebelumnya, dia sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki Aditya secara mendalam. Dia mendapati bahwa tunangan pria di hadapan mereka itu telah menuntut tambahan 4,5 miliar sebagai maskawin di menit-menit terakhir, dan dia sama sekali tidak bisa memberikannya, sehingga dia beralih melamar putri mereka, yang merupakan pengiring pengantin. Berdasarkan pemahaman mereka tentang putri mereka, mereka tahu bahwa Bella pasti menggunakan pria itu sebagai tameng untuk menolak pernikahannya dengan putra keluarga Leonard, jadi dia pun menyetujui untuk mencatatkan pernikahan dengannya. “Ayah, Ibu, perasaan yang kumiliki terhadap Ella adalah nyata dan tulus. Bagaimana mungkin kalian tega menghina hubungan kami dengan uang?” Aditya menanggapi dengan raut muka cemberut. Dia telah memikirkan banyak sekali adegan pertemuan dengan orang tua Bella, namun sama sekali tidak menyangka bahwa mereka akan bersikap begitu frontal. Tampaknya Bella memang mewarisi kepribadiannya yang lugas dari orang tuanya. Memang tidak diragukan lagi, bahwa dia adalah putri mereka! “Berhentilah berpura-pura! Kami telah menyelidiki semua informasi tentangmu. 4,5 miliar ini cukup untuk maskawin yang kau butuhkan untuk keluarga Shankara. Jika kau merasa ini terlalu sedikit, kami akan menambahkan 3 miliar lagi. Generasi muda sebaiknya tahu untuk jangan melewati batas.” Tampaknya orang tua Bella sudah mempersiapkan segalanya. Saat Nina berbicara, dia mengeluarkan sebuah kartu lain dari dalam tasnya dan melemparkannya ke atas meja. Tindakannya itu langsung membuat Aditya marah besar. “Di dalam kartu ini ada 100 juta dalam mata uang Dolar untuk kalian berdua minum teh. Ambillah dan jangan pernah mencampuri urusan kami lagi. Bagaimana?” Dengan berkata seperti itu, Aditya mengeluarkan sebuah kartu bank berwarna rose gold dari dompetnya dan melemparkannya ke atas meja seperti yang dilakukan perempuan itu.