Bab 5 Tinggalkan Putri Kami
“Siapa yang sedang coba kau bohongi? Kami telah menyelidiki tentangmu secara teliti. Jika kau memiliki 100 juta dalam mata uang dolar, apakah kau akan diusir karena tidak mampu membayar 4,5 miliar untuk sebuah maskawin?” Nina memelototi Aditya dan melanjutkan, “Meskipun kami mendengar tentang kartu hitam yang hanya bisa dimiliki oleh orang terkaya, namun mengenai kartu rose gold atau apa pun itu, bisa dipastikan kau telah ditipu.” Latar belakang Aditya telah diselidiki secara mendetail oleh orang-orang yang diutus oleh keluarga Ayundhiya pagi ini. Bella adalah gadis yang cerdas, tapi bagaimana bisa dia membuat pilihan yang bodoh kali ini? Jika dia memang benar-benar tidak ingin menikah dengan casanova dari keluarga Leonard, setidaknya dia harus mencari seseorang yang memiliki riwayat yang jelas untuk menjadi perisainya. Mengapa dia memilih pria yang jelas-jelas tidak berguna ini? Ini sungguh memalukan! “Kartu hitam adalah untuk keluarga kaya pada umumnya. Kartu rose gold milikku adalah edisi terbatas yang dikeluarkan oleh bank internasional. Hanya ada sembilan puluh sembilan kartu seperti ini di seluruh dunia, dan sebagian besar ada di tangan para bangsawan. Ini adalah simbol dari sebuah status dan bukan sesuatu yang bisa didapatkan dengan mudah menggunakan uang,” Aditya menjelaskan dengan sabar ketika orang tua Bella tampaknya tidak mengetahui tentang kartu rose gold tersebut. Namun, yang justru diterimanya adalah tatapan meremehkan dari keduanya. “Omong kosong! Sebuah simbol status dan hanya dimiliki oleh para bangsawan? Beritahu kami kalau begitu. Kau ini pangeran dari negara mana?” Setelah menyelesaikan ucapannya, Pandu melempar puntung rokoknya ke lantai dan menginjak-injaknya seolah-olah puntung rokok itu adalah Aditya sendiri. “Ayah, aku adalah sebuah pengecualian. Aku bukan bangsawan, tapi… Lupakan saja. Biar kubuktikan pada kalian.” Aditya hendak menelepon Raka untuk membawa uang tunai 15 triliun agar dia bisa membuktikan kebenarannya. Namun, Bella secara kebetulan pulang ke rumah saat itu juga. “Ayah, Ibu, kenapa kalian di sini? Mengapa kalian tidak memberi tahu sebelumnya?” Saat Bella masuk ke dalam rumahnya, dia melihat kedua orangtuanya, dan mereka sedang menatap Aditya dengan marah. Oleh karena itu, dia mencoba meredakan ketegangan. “Lihatlah kebodohan yang kau lakukan! Bagaimana mungkin kami tidak akan datang ke sini?” Nina mencela Bella dengan wajah marah sementara Pandu tetap diam. “Aditya dan aku benar-benar saling mencintai, Ibu. Dia sangat jujur dan memperlakukan diriku dengan baik. Tolong jangan pedulikan tentang rumor yang beredar di luar sana.” Bella berusaha mempertahankan hubungannya, namun kata-kata yang diucapkannya malah membuat wajahnya memerah karena malu. Semalam, dia sudah memikirkan kemungkinan bahwa Dani akan menelepon dan mengancam orangtuanya dan orangtuanya akan menyelidiki Aditya nanti. Namun, dia sama sekali tidak menyangka mereka akan datang secepat ini. Melihat bagaimana Bella begitu membela pria yang tidak berguna itu, Pandu dan Nina saling bertukar pandang dengan penuh kekhawatiran. Nina segera menarik Bella ke kamar tidur, lalu menanyakan pertanyaan yang cukup memalukan dengan terang-terangan, “Ella, apakah kau sedang mengandung anaknya?” “Ibu, a-aku bukan orang seperti yang kau kira?” Bella menjawab dengan terbata-bata disertai wajah yang memerah. Setelah dia menjawab, dia lalu berpaling dari Nina dan tidak berani menatapnya. Terlalu canggung bagi seorang wanita dewasa seperti Bella untuk tiba-tiba membicarakan topik ini dengan ibunya. Dia membutuhkan persiapan mental untuk melakukan pembicaraan ini. Ketika dia melihat bagaimana Bella yang biasanya tenang menjadi sedikit gugup, Nina sangat terkejut. Pantas saja pria itu tidak peduli dengan uang 7,5 miliar. Kenapa dia harus peduli jika rumor yang dihembuskan oleh keluarga Shankara itu benar? Ella telah melakukan hubungan seks dengannya dan mengandung anaknya. Masuk akal mengapa dia menolak untuk menikah dengan keluarga kaya dan mengabaikan keselamatan keluarganya untuk menikahi pria ini dengan segera. “Ini sangat mengerikan!” Nina menghela napas sebelum meninggalkan ruangan. Kemudian dia memperingatkan Aditya dengan mengancam, “Berandalan, jika aku melihatmu sampai menyakiti Ella sekecil apa pun, aku dan suamiku tidak akan membiarkanmu bebas meskipun kami harus kehilangan nyawa kami sendiri. Suamiku, ayo kita pergi!” Berhubung mereka telah melakukan hal tersebut, Nina telah menyerah untuk tidak menyetujui hubungan mereka. Setelah mengeluarkan ancaman tersebut, dia langsung menarik Pandu yang kebingungan dan meninggalkan tempat itu. Ucapan Nina membuat Aditya kebingungan. Apakah ini berarti dia menyetujui hubungan kami? Di dalam kamar tidur, Bella merenungkan bagaimana cara untuk menjelaskannya jika Nina mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit itu lagi. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa Nina telah pergi. Setelah menyusun jawabannya di dalam pikirannya, dia pun berbalik dan mendapati tak seorang pun lagi di dalam kamar. Saat berjalan ke ruang tamu, dia hanya melihat Aditya dan bertanya dengan ragu, “Di mana orang tuaku?” “Mereka sudah pergi. Apa yang kau katakan pada ibumu di kamar? Itu benar-benar ampuh. Saat itu dia langsung keluar dari sana dan memberikan peringatan sebelum akhirnya membawa ayahmu keluar rumah bersamanya. Oh, mereka juga tidak mengambil kartu banknya.” Aditya penasaran dengan cara apa yang digunakan Bella untuk menenangkan Nina. Itu terlalu gampang dan efektif. “Oh tidak! Apa dia salah paham dengan ucapanku?” Bella menjerit ketika dia tampaknya memahami situasinya. Dia mengambil tiga kartu bank dari meja dan berlari keluar untuk mengejar orang tuanya. “Hei!” Dia melihat bahwa Bella juga mengambil kartu rose gold miliknya dan hendak menghentikannya, lalu memutuskan untuk tidak melakukannya. Itu hanyalah sebuah sub-rekening, dan jumlahnya hanya 100 juta. Pandu dan Nina telah bekerja keras untuk membesarkan Bella, jadi menurutnya sudah sepantasnya jika dia memberikan mereka sejumlah uang. Di lantai dasar area perumahan, Nina tanpa berkata apa-apa menyeret Pandu ke gerbang utama. Pandu menunjukkan ekspresi kesal saat dia menanyai Nina, “Sayang, ada apa? Mengapa tiba-tiba kau menyetujui hubungan mereka?” “Putri kita sedang hamil. Apa lagi yang bisa kita lakukan selain menyetujuinya?” kata Nina tanpa daya. “Apa? Dia telah melakukan tindakan yang sangat memalukan? Biarkan aku kembali dan memberikan hukuman padanya.” Begitu mendengar bahwa Bella hamil, Pandu sangat marah. Kini, kesempatan untuk menjalin hubungan dengan keluarga Leonard semakin menipis. Keluarga Leonard adalah keluarga terhormat, jadi mereka pasti tidak akan pernah mempermalukan diri mereka sendiri dengan memilih untuk membesarkan anak orang lain. Melihat Pandu ingin kembali menguliahi Bella, ekspresi Nina berubah menjadi dingin, dan dia pun menghardik, “Tahan! Dia mendapatkan sifat impulsifnya darimu. Kalau saja aku lebih berhati dingin dan menolakmu, aku pasti tidak akan menjalani kehidupan yang sulit seperti sekarang.” Dahulu, dia tinggal bersama Pandu karena Pandu menghamilinya. Bahkan sekarang, dia sangat menyesalinya. “Ada banyak orang di sini. Ayo kita pulang dulu,” jawab Pandu dengan lemah lembut sambil menunduk setelah diomeli. Dia lalu menarik Nina ke dalam mobil dan dengan cepat melaju menjauh dari area perumahan yang ditinggali Bella. Ketika Bella tiba di lantai dasar, mereka sudah lama pergi. Dia langsung menuju parkiran bawah tanah untuk mengambil mobilnya dan mengejar mereka.