Bab 11 Kamu Memerintahkan Seseorang untuk Mengikutiku?
Sore jam tiga lewat, setelah Shinta membuat klarifikasi di akun sosial medianya, arah angin di internet kembali berubah. Klarifikasi tertulis Shinta sangat panjang dan hampir mencapai 1000 kata. Akan tetapi, kesimpulannya hanya ada dua yaitu, pertama, dia dan Adam bersahabat baik. Selama Adam menikah dengan Lydia, Shinta tidak pernah melakukan hal-hal yang bisa mengancam biduk rumah tangga Adam dan Lydia. Kedua, Shinta tidak mengerti kenapa Lydia yang sudah bercerai dengan Adam bisa muncul di galerinya. Mereka yang cerdas bisa melihat kalau klarifikasi Shinta sangat menjebak. Klarifikasi Shinta kelihatannya sangat objektif, tapi sebenarnya sangat menggiring opini. Pernyataannya keduanya jelas-jelas sedang menyiratkan kalau Lydia masih tidak bisa melupakan Adam meski mereka sudah bercerai. Lydia sampai membawa temannya untuk dipamerkan di hadapan mantan suami yang hanya menghadiri galeri sahabatnya. Benita yang sudah lama bergelut di industri hiburan jadi merasa panas hati. Wanita itu langsung mengeluarkan jurus pamungkas yang diberikan Lydia tadi. Makanya, dalam waktu kurang dari 10 menit, komentar semua orang kembali condong ke arah yang lain. Sekretaris Arif yang berada di kantornya langsung merasa sangat tidak nyaman setelah mendapatkan informasi ini. Dia sampai memerintahkan orang-orangnya untuk mencari tahu dari mana sumber berita ini. Selanjutnya, Sekretaris Arif langsung mengetuk pintu kantor Adam. Adam yang duduk di kursinya menjawab tanpa mengangkat kepalanya, “Ada apa?” “Pak Adam, di internet ada gosip tentang kamu dan Nona Shinta. Apakah Pak Adam ingin membuat klarifikasi mengenai rumor tersebut?” “Rumor apa?” Pria itu mengerutkan dahinya dan terlihat sangat tidak sabar. Sekretaris Arif juga tidak tahu berita di internet itu hanya gosip atau fakta. Dia juga tidak berani mengatakan kalau foto Adam dan Shinta yang berada di kamar hotel sudah tersebar di internet. Jadi, Arif langsung meletakkan tabletnya di depan Adam dan berkata, “Pada siaran langsung di galeri Nona Shinta pagi ini, Nona Lydia kebetulan juga ikut hadir. Jadi, di internet muncul banyak rumor tidak sedap ….” Adam sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan yang namanya internet. Hanya saja foto-foto yang ada di tablet itu terlihat sangat jelas. Hanya melihatnya sekilas, Adam sudah mengenalinya. Di dalam foto itu, dia baru selesai mandi dan memakai kimono handuk. Sedangkan Shinta berdiri di depan dan berfoto bersama. Meskipun mereka tidak melakukan kontak fisik, foto seperti ini memang sangat ambigu. Hari itu dia sedang dalam perjalanan dinas, lalu bertemu dengan Shinta di sebuah restoran. Saat itu, Shinta minum banyak. Karena wanita ini berasal dari keluarga Wijaya, Adam pun meminta Sekretaris Arif untuk mengantarkan Shinta ke kamarnya. Akhirnya, begitu mereka keluar, Shinta langsung muntah. Muntahan Shinta juga mengenai tubuh Adam. Karena kesal, Adam langsung meminta Arif untuk membawa Shinta pergi, sementara Adam kembali ke kamarnya untuk mandi. Begitu dia keluar dari kamar mandi, Shinta muncul di kamarnya dengan memakai baju mandi. Shinta bilang dia ingin minta maaf. Karena tidak sabar mendengar penjelasannya, Adam langsung mengusirnya dari kamar. “Foto ini berasal dari mana?” Adam menggeser layar tablet tersebut. Setelah melihat kolom komentar yang ada di bawahnya, wajah Adam langsung berubah menjadi sangat dingin. Arif jadi bergidik saat berkata, “Sementara ini masih belum ditemukan.” “Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak artikel yang membahas tentang diriku?” Sebenarnya, artikel ini bukan hanya sekadar membahasnya, tapi sedang memarahinya. Sekretaris Arif mengelap keringat yang sudah mengalir di dahinya dan menjawab, “Kami menemukan kalau media-media ini mendapatkan artikel ini dari Perusahaan Buena.” “Brak!” Adam tiba-tiba menghantamkan tablet yang ada di tangannya ke atas meja. Sepasang matanya juga terlihat sangat mengerikan saat berteriak, “Segera hubungi penanggung jawab Perusahaan Buena dan suruh mereka untuk segera membuang artikel itu!!!” “Siap! Siap Pak Adam! Aku akan segera menghubungi mereka.” Arif segera keluar untuk mencari nomor telepon dari penanggung jawab Perusahaan Buena. Entah apa yang sudah dilihat Adam, wajahnya tadi benar-benar sangat mengerikan. Membayangkannya saja sudah takut. Di dalam kantor itu, wajah Adam terlihat sangat dingin. Tiba-tiba saja, dia seperti teringat akan sesuatu. Pria itu pun melakukan panggilan interkom dan berkata, “Kalian tidak perlu lagi menghubungi penanggung jawab Perusahaan Buena!” Setelah mengatakannya, Adam menutup teleponnya dengan kasar. Dia mengambil ponselnya, lalu bangkit dari tempatnya dan berjalan ke arah jendela untuk menghubungi nomor mantan istri yang tidak pernah dihubunginya selama tiga tahun itu. Lydia sudah hapal mati pada nomor telepon Adam. Meskipun Lydia tidak menyimpan nomor tersebut, Lydia tahu kalau Adam yang sudah menghubunginya. Ponsel di atas meja berdering cukup lama. Lydia hanya melihatnya dan tidak punya keinginan untuk mengangkatnya. Benita yang berada di sisinya merasa ada yang tidak beres. Setelah melihat Lydia yang tetap asyik menyantap anggurnya, Benita pun bertanya dengan penasaran, “Telepon Adam, ya?” Lydia membuang kulit anggur sambil membalas, “Benar!” “Apa kamu tidak mau mengangkat teleponnya?” Adam bukan pria yang gampang diusik. Melihat Benita bertanya seperti itu, Lydia mengalihkan tatapannya kepada Benita dan berkata, “Takut, ya?” Benita tidak mau mengakuinya dengan berkata, “Sembarangan bicara! Aku sedang berpikir kebetulan sekali pria sialan ini menghubungimu. Aku bisa menggunakan kesempatan ini untuk memarahinya.” Akhirnya, begitu Benita menyelesaikan perkataannya, Lydia tiba-tiba menerima panggilan Adam, lalu menyodorkannya pada Benita, “Nah! Silakan!” Benita lantas menimpali, “…. Jangan begini, Lydia!” Lydia tersenyum sejenak sebelum meletakkan ponsel itu di telinganya, “Pak Adam, ada urusan apa?” Adam yang diacuhkan tiba-tiba merasa sangat geram ketika mendengar nada bicara Lydia yang terdengar sangat mengesalkan. “Kamu yang sudah mengirimkan foto itu?” Lydia tidak membantah dengan menjawab, “Bisa dianggap seperti itu.” “Apa kamu memerintahkan orang untuk mengikutiku?” Apa ucapan manusia itu seperti ini? Lydia mendengus dan mengatakan, “Adam, kamu sudah terlalu narsis deh!” Setelah mengatakannya, Lydia langsung mematikan panggilan telepon itu. Benita yang menonton di sampingnya langsung bertepuk tangan dan berkata, “Keren!” Lydia jadi geli dan ingin tertawa. Sayangnya, tawanya tertahan dan tak bisa keluar. “Sudahlah! Kalau tidak ada hal yang penting, Pulanglah dan cari Thomas! Lain kamu jangan lagi melakukan hal-hal tidak menarik seperti ini.” Melukai lawan juga mengorbankan sumber daya yang tidak sedikit. Melihat ekspresi Lydia yang terlihat kurang baik, rasa penyesalan pun menguasai Benita, “Apa yang sudah Adam katakan?” “Dia bertanya apakah aku sudah mencari orang lain untuk mengikutinya.” “Kenapa mukanya setebal itu?” Lydia terdiam beberapa saat sebelum berkata, “Sepertinya, aku yang sudah membuatnya seperti itu.” Dulu, Lydia tidak banyak memikirkan hal yang lain selain Adam. Sekarang, mereka sudah bercerai. Pria itu masih mengira Lydia masih sama seperti Lydia yang dulu. Biar bagaimanapun, pria itu bisa seperti ini juga gara-gara dirinya. Benita menghela napas dan berkata, “Jangan menangis! Bersandarlah di dada besarku!” Lydia jadi terhibur dan tertawa membalasnya, “Masih tidak mau pergi juga, ya! Kalau prediksiku tidak salah, mungkin sekretarisnya Adam sedang dalam perjalanan ke Perusahaan Buena.” Benita masih ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi karena ada telepon yang masuk. Saat melihat nama yang muncul di layarnya adalah Isna, Benita langsung mengangkat panggilan itu dan berkata, “Kak Isna, ada apa?” “Sekretarisnya Adam ada di kantor. Katanya dia ingin bertemu denganmu. Cepatlah kembali ke perusahaan! Kalau tidak, kalian akan bertemu di pengadilan.” “Aku akan segera kembali!” Benita pun melihat ke arah Lydia yang ucapannya sangat bertuah itu, “Mulutmu mengerikan sekali ya, Lydia! Bawahan suamimu sudah membawa pasukannya datang ke perusahaan. Aku harus kembali ke sana.” Lydia mengibaskan tangannya. Setelah berpikir sejenak, Lydia jadi sedikit mencemaskan kecerdasan Benita menitipkan pesan, “Kalau Arif menggertakmu, katakan padanya kalau foto itu dikirimkan oleh Shinta untukku.” Benita tidak mengerti, tapi dia sudah mendengarnya dan merespons, “Oh, aku mengerti. Aku pulang dulu untuk mengurus kaki tangan Adam. Kamu jangan melukai dirimu sendiri, ya!” Lydia tidak melihatnya. Jadi, Benita pun meninggalkannya.