Bab 13 Tidak Pantas Untukmu
Akhir-akhir ini baru tenang sejenak. Lydia menghabiskan waktunya untuk bersantai di rumah. Akan tetapi, baru bersantai dua hari, Lydia sudah didesak Benita untuk mengikuti sebuah jamuan malam. Baru berjalan masuk ke ruang jamuan, sebelum bertemu dengan Benita, Lydia bertemu dengan sosok yang sudah tidak asing lagi. “Ckckck! Lho! Kakak Ipar? Ups, salah! Aku lupa. Kamu bukan kakak iparku lagi.” Suara eksentrik Violin segera menarik perhatian banyak orang. Lydia melihat Violin dengan tatapan datar sambil membalas, “Apa Nona Violin ada urusan?” “Tidak ada sih. Aku hanya penasaran dengan cara apa kamu bisa mendapatkan undangan untuk masuk ke dalam tempat ini. Para tamu undangan di jamuan malam ini adalah tokoh-tokoh yang sangat penting. Wanita matre sepertimu bisa masuk berkat bantuan siapa?” Kota Hasbin bukan kota kecil juga bukan kota besar. Akan tetapi, orang-orangnya ya itu-itu saja. Orang-orang yang datang ke jamuan malam ini adalah orang-orang dari kalangan atas. Sekarang, mereka semua berkeliling untuk menonton lelucon Lydia. Mereka hampir sama seperti orang-orang yang menginjak-injak Lydia selama tiga tahun ini. Sebagai nona besar dari keluarga Iskandar, ucapan Violin lumayan berpengaruh di antara para selebritis dan putri orang kaya. Dia memimpin mereka semua untuk mengganggu dan mengusir Lydia. Di belakangnya tentu ada banyak orang yang berusaha untuk membantunya supaya bisa memenangkan simpati Violin. Lydia tersenyum, lalu menunjuk Benita yang berada di belakang Violin dan berkata, “Kalau itu, kamu harus bertanya pada Nona Benita.” Sebagai bintang iklan untuk kegiatan hari ini, aura Benita yang bertabur perhiasan terasa sangat kuat. Begitu memasuki ruang jamuan, ada banyak pasang mata yang langsung melihat ke arahnya. Dari kejauhan, Benita sudah melihat kalau Lydia sudah dikepung. Sebelum tiba di hadapan Lydia, Benita sudah mendengar Violin, wanita murahan itu kembali mencari gara-gara. Benita kesal sekali sampai wajahnya sudah berubah pucat. Dengan beralaskan sepatu tumit setinggi 12 senti, Benita pun berjalan ke arah kerumunan, lalu berdesak-desakan dengan sekelompok orang untuk bisa berada di hadapan Lydia seperti seekor burung elang yang berusaha untuk melindungi seekor anak ayam dan berkata dengan berang, “Teman, di sini kamu tidak bisa bicara sembarangan.” Ucapan Benita ini seperti sebuah tamparan tak berwujud yang sudah mengenai wajah Violin. Wajah Violin jadi terlihat agak pucat. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi bagaimana pun wanita yang ada di hadapannya ini adalah seorang bintang besar. Selain itu, Benita juga adalah bintang iklan dari produk perhiasan ini. Pihak penyelenggara bisa mengusir siapa saja, tapi tidak mungkin mengusir Benita. Selain itu, orang-orang juga mengatakan kalau Benita memiliki seseorang yang sangat hebat berdiri di belakangnya. Sudah bertahun-tahun, tidak ada satu orang pun yang berhasil mengetahui identitas dari sosok hebat tersebut. Violin tidak bisa menyinggung Benita. Jadi, dia hanya bisa memelototi Lydia. ‘Kenapa wanita ini bisa mendompleng ketenaran Benita?’ Lydia setengah tersenyum melihat Violin. Selanjutnya, dia mengalihkan tatapannya ke arah orang-orang yang terlihat sangat terkejut di sekitar tempat itu. Setelah mengambil segelas jus anggur, Lydia lantas meninggalkan tempat penuh bahaya itu. Benita berjalan mengikuti Lydia. Hawa dingin masih belum hilang dari wajahnya sehingga orang-orang jadi tidak berani untuk mendekatinya. Lydia memilih sebuah sudut yang tenang, lalu berhenti di tempat itu sambil berdecak ringan mengatakan, “Bagus! Gertakanmu lumayan juga.” Karena tidak ada orang lain di tempat itu, wajah Benita berubah kembali. Dia tertawa cekikikan pada Lydia dan berkata, “Kenapa dandananmu hari ini sederhana sekali?” Hari ini Lydia hanya memakai gaun hitam sederhana dengan rambut hitam yang dibiarkan tergerai di belakangnya. Selain anting-anting mutiara di telinganya, tidak ada perhiasan lagi di tubuhnya. Sebaliknya, Benita mengenakan gaun panjang berwarna ungu yang meskipun tidak terlihat mewah, dengan kalung berlian yang melingkar di lehernya dan anting-anting panjangnya, penampilan Benita menjadi sangat mewah dan berkelas. Lydia menyesap jus anggurnya. Matanya yang indah tersenyum ringan memperhatikan Benita, tanpa mengatakan apa pun. Benita seperti memahami sesuatu dan berkata, “Karena terlahir cantik kamu jadi bisa bertindak sesuka hatimu. Ya ampun! Lydia, jangan lihat aku seperti itu. Aku tidak mau berselingkuh.” Lydia tahu kalau Benita ingin membuatnya merasa senang. Jadi, dia pun tersenyum dan tetap tidak mengatakan apa pun. Benita berdeham, lalu mengatakan, “Di dalam ada ruang pameran. Apa kamu ingin masuk untuk melihat-lihat?” Lydia tahu bahwa sejak kecil Benita menyukai perhiasan berkilau seperti ini. Mata Benita pun ikut bergejolak. “Baiklah kalau begitu. Lagipula kita juga tidak ada kerjaan.” Merek penyelenggara jamuan membuat sebuah ruang pameran di tempat tersebut. Di dalamnya terpajang koleksi perhiasan untuk musim yang akan datang. Hari ini, ada banyak selebritas dan putri dari keluarga terpandang yang hadir. Bisa dikatakan kalau tempat ini adalah galeri mini. Semua perhiasan yang dipamerkan itu, jelas bukan seri perhiasan yang bisa dibeli oleh orang biasa. Untuk perhiasan gelang yang paling murah saja, harganya mencapai kisaran 34 juta. Bagaimana pula dengan kalung-kalung yang harga per satuannya bisa mencapai kisaran miliaran. Tidak seperti Benita, Lydia tidak terlalu tertarik pada perhiasan. Dia hanya datang ke tempat ini untuk menemani Benita. Ada banyak orang di ruang pameran. Benita selalu menjaga citra dinginnya di hadapan orang lain. Lydia merasa menonton Benita menahan diri seperti sekarang jauh lebih menarik daripada melihat koleksi perhiasan ini. “Kak Shinta, kalung ini sangat serasi untukmu. Kalung ini seperti memang khusus dibuat untukmu.” Meskipun suara Violin tidak terlalu keras, Lydia dan Benita yang hanya terpisah tiga lemari dari mereka juga bisa mendengarnya dengan jelas. Melihat Shinta di sana, Benita langsung tidak tertarik lagi melihat koleksi-koleksi perhiasan yang dipamerkan. Dia pun menarik Lydia ke tempat itu dan bertanya, “Kalung ini bagus tidak?” Benita melihat kalung yang ada di dalam lemari itu, lalu bertanya seperti kurang tertarik. Lydia melihat isi lemari, lalu mengangkat alisnya dan membalas, “Lumayanlah!” “Kamu suka tidak? Kalau kamu suka, aku akan membantumu untuk mengambilkannya. Katanya kalung ini hanya ada 3 buah.” Lydia mengangkat alisnya. Setelah itu, dia sedikit menunduk seperti sedang mempertimbangkannya dengan saksama sebelum menjawab, “Tidak suka.” Benita mendengus dan membalas, “Benar juga! Memang bagus sih! Tapi kurang pantas untukmu.” Tidak bisa dipungkiri bahwa Benita masih sangat menjaga citranya di hadapan orang luar. Kalau dia mengatakan ucapan ini lebih cepat, mungkin tidak masalah. Benita malah mengatakannya setelah Violin mengatakan bahwa kalung itu sangat cocok untuk Shinta. Lalu Violin juga mulai tertarik pada kalung itu. Benita malah muncul di sana dan mengatakan kalau kalung itu masih kurang pantas untuk Lydia. Wajah Violin langsung berubah kesal. Tadi, Benita sudah mempermalukannya secara tidak langsung. Kali ini, Violin mana mungkin bisa menerima penghinaan ini. Dia pun membalas, “Kurang pantas? Aku rasa kamu hanya tidak sanggup untuk membelinya.” Benita pun tersenyum sinis dan berkata, “Maksudmu, aku tidak sanggup membeli sesuatu di harga 2 miliar lebih?” Kalimat Violin tadi ditujukan untuk Lydia. Siapa sangka malah Benita yang menggubris perkataannya. Mana mungkin Benita tidak sanggup membeli kalung tersebut. Kabarnya, bayaran yang diterima Benita untuk menjadi bintang iklan merek perhiasan ini mencapai puluhan miliar. Dua miliar lebih benar-benar angka yang tidak seberapa untuk Benita. “Nona Benita, bukan itu maksud Violin?” “Kalau begitu, coba kamu beri tahu aku apa maksud perkataannya?” Wajah Shinta berubah tegang. Benita sama sekali tidak memberinya muka. Sekarang, dia sama sekali tidak bisa mengatakan apa pun.