Bab 14 Adam akan Memilih untuk Menyelamatkanmu atau Aku?
Melihat jumlah kerumunan orang yang semakin banyak, Lydia takut besok Benita akan menjadi viral dan dicerca habis-habisan. Jadi, dia pun mengulurkan tangannya untuk menarik Benita, “Dia tidak punya maksud apa pun. Ayo jalan!” Benita lantas mendengus ke arah Shinta. Setelah itu, dia pun keluar dari ruang pameran bersama dengan Lydia. Malam ini, Violin sudah dua kali dipermalukan. Karena kesal, Violin pun berkata, “Benita, apa kamu tahu betapa matrenya wanita yang berdiri di sampingmu itu? Waktu itu, dia menikahi kakakku demi harta keluarga Iskandar. Seisi kota Hasbin sudah mengetahuinya.” Mendengar ucapan Violin, Benita ingin sekali melabraknya. Lydia melihat Benita dan memberi isyarat agar Benita tidak mengatakan apa pun, “Kamu tunggu aku di sini.” Setelah menyelesaikan perkataannya, Lydia langsung berbalik mendekati Violin dan berkata, “Aku ingin menanyakan satu hal pada Nona Violin.” Violin pun meladeni Lydia sambil melihatnya dengan pandangan merendahkan, “Kamu memang paling hebat dalam urusan mengalihkan topik pembicaraan.” Lydia pun mengangkat alisnya dan berkata, “Apakah kamu akrab dengan kakakmu?” Violin langsung terdiam. Lydia juga tidak menunggu respons Violin, lalu dengan santai menambahkan, “Kalau hubungan kalian cukup dekat, kamu tidak mungkin bisa tidak tahu kalau aku sama sekali tidak mengambil sepeser uang pun dari kakakmu dari perceraian kami.” Senyuman di wajah Lydia perlahan-lahan menghilang dari wajahnya saat menatap wajah Violin. Mata indahnya juga memancarkan hawa yang sangat dingin. Suaranya tidak keras, tapi sangat jelas. Orang-orang yang berada di sekitar tempat itu juga bisa mendengar semuanya dengan jelas. Setelah menyelesaikan ucapannya, Lydia pun berbalik pergi. Semua orang yang ada di sana tahu bahwa meskipun Violin dan Adam memiliki orang tua yang sama, ketika Adam berusia tiga tahun, Hartini bercerai dari ayah Adam setelah keluarga Iskandar memberikan uang untuk wanita itu. Terakhir, wanita itu malah kembali menjalin hubungan di luar nikah dengan ayah Adam sampai melahirkan Violin dan Gilbert Iskandar. Makanya, Adam sama sekali tidak memiliki kedekatan layaknya saudara dengan Violin. Kalimat Lydia sudah membantu membersihkan reputasinya sekaligus menyindir Violin. Setelah mengatakannya, Lydia langsung meninggalkan Violin. Adegan yang benar-benar bagus. “Lydia! Kamu hebat sekali!” Benita melihat ke arah Lydia yang berjalan mendekat dan mengacungkan jempol untuk Lydia saat tidak ada orang yang sedang memperhatikannya. Benita membawa Lydia ke tempat terbuka. Di sini tidak ada seorang pun. Benita lantas memuji Lydia kembali. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Isna sudah menghubunginya. Nyali Benita pun berubah ciut dan berkata. “Kak Isna mencariku. Pemilik merek perhiasan ini sudah tiba. Aku harus pergi bekerja. Kalau kamu merasa bosan kamu boleh pulang.” Lagipula tujuan Benita untuk mempermalukan Violin sudah terlaksana. Jadi, Benita tidak tega membuat Lydia merasa kesepian seorang diri di tempat ini. Pemilik merek perhiasan bukan seseorang yang boleh diusik. Meskipun Benita memiliki tabiat yang keras, dia masih cukup memahami hal seperti ini. Setelah melambaikan tangan, Benita mengangkat roknya, lalu berjalan keluar. Melihat punggung Benita, Lydia pun tertawa. Pengunjung tempat ini tidak banyak, tapi persediaan anggur dan makanan di sana cukup banyak. Lydia melihat bangku santai yang berada tidak jauh dari tempat itu, lalu berjalan ke sana sambil mengangkat alisnya. Hari ini dia memakai sepatu tumit tinggi bertali. Setelah berdiri selama hampir lebih dari satu jam, kakinya mulai merasa pegal. Di sini tidak ada siapa pun, Lydia bisa beristirahat sejenak. Dari jendela terlihat cahaya lampu berwarna merah. Lydia duduk di bangku tersebut, lalu memperhatikan air di kolam renang. “Nona Lydia.” Entah kapan Shinta sudah berada di sana. Lydia mengangkat kepalanya dan melihatnya. Setelah itu, dia pun bangkit dari bangku tersebut dan berkata, “Ada urusan apa ya, Nona Shinta?” “Nona Lydia hebat sekali, ya? Waktu itu, ketika aku mengirimkan foto itu padamu, aku sempat mengira kalau Nona Lydia tidak merasa keberatan. Tidak kusangka aku sudah memberikan Nona Lydia sebuah jurus yang sangat dahsyat.” Lydia mengangkat alisnya dan berkata, “Jadi, apakah Nona Shinta bermaksud untuk meminta pertanggung jawaban dariku?” “Aku tidak berani melakukannya.” Memperhatikan Lydia yang ada di hadapannya, Shinta jadi teringat pada perkataan Sekretaris Arif. Senyuman di wajah Shinta perlahan-lahan memudar. “Oh! Kalau tidak ada urusan lagi, aku pergi dulu, ya!” Sambil mengatakannya, Lydia pun tersenyum dan melangkah masuk ke dalam ruang jamuan. “Tunggu sebentar!” Lydia melihat pergelangan tangannya yang ditahan, lalu mengerutkan dahinya dan berbicara dengan suara yang sudah berubah dingin, “Apa masih ada urusan?” “Lydia, bagaimana kalau kita bertaruh?” “Bertaruh apa?” “Kita bertaruh, siapa yang akan diselamatkan oleh Adam jika kita berdua sama-sama terjatuh ke dalam kolam itu?” Lydia mengikuti arah tatapan Shinta dan menemukan bahwa Adam sedang melihat ke arah mereka dari jendela. “Tidak mau! Aku dan Adam sudah bercerai. Sekarang, Nona Shinta tidak perlu menganggapku sebagai musuh lagi!” Dari posisi Adam berdiri, Adam tidak bisa melihat ekspresi Lydia. Shinta tersenyum dingin sambil menggenggam erat tangan Lydia. Wanita itu bermaksud untuk menarik Lydia masuk ke dalam kolam tersebut dan berkata, “Di sini bukan kamu yang memutuskan. Lydia, aku … aaaa …!” Shinta belum menyelesaikan perkataannya. Lydia sudah mengangkat kakinya untuk menendang tubuh Shinta.