Bab 16 Apa Otakmu Jadi Rusak Gara-Gara Kejadian Malam itu?
Saat Benita mengetahuinya, Lydia sudah pulang. “Lydia, kamu hebat sekali! Ahahahaha! Membayangkan ekspresi kecewa di wajah Shinta, aku jadi merasa sangat puas. Eh! Kamu tidak tahu, ‘kan? Seseorang telah mengambil video kejadian tersebut. Ketika kamu berbicara, ekspresi di wajahmu benar-benar mantap. Apa kamu ingin aku membantumu untuk membeli berita viral? Benita sama sekali tidak memberi Lydia kesempatan untuk berbicara dan melanjutkan, “Lydia, sepertinya sudah lama sekali kamu tidak menunjukkan wajahmu. Sekarang, sudah tiba waktunya untuk menunjukkan pada mereka betapa nyamannya kehidupanmu.” Lydia mengurut dahinya yang sakit dan berkata, “Jangan sembarang membeli berita viral!” Ucapan sederhana Lydia telah menahan hasrat di dalam hati Benita, “Baiklah kalau begitu.” “Aku sedikit capek. Aku mandi dulu, ya! Bye!” “Oh! Selamat malam sayang!” Lydia tersenyum dan membalas, “Selamat malam!” Setelah memutuskan panggilan telepon itu, Lydia pun membuang ponselnya ke samping. Setelah dia mengunci ponselnya, tiba-tiba terdengar suara pesan masuk dan layar ponselnya kembali menyala. Lydia pun mengerutkan alisnya. Dia mengambil ponselnya dan menemukan kalau Benita sudah mengirimkan video kejadian malam ini kepadanya. Karena Lydia juga tidak tertarik untuk menontonnya, dia pun meletakkan ponselnya. Tidak lama kemudian, Benita mengirimkan sebuah pesan yang berbunyi, “Aku salah lihat tidak, ya? Kok, si berengsek Adam sepertinya terus memperhatikanmu, ya?” Tangan Lydia sedikit bergetar, detik berikutnya, dia kembali membuang ponsel itu ke atas sofa. ‘Tidak ada hubungannya denganku. Aku mandi dulu!’ Di malam yang sama. Adam memperhatikan wajah Lydia yang ada di dalam video. Padahal orang yang sama. Entah kenapa sekarang, kalau diperhatikan, wanita ini tidak terlihat begitu menyebalkan seperti dulu. Lydia yang sudah bercerai dengannya terlihat seperti sosok yang berbeda. Tanpa meminta sepeser pun darinya, Lydia pergi ke Kantor Catatan Sipil bersama dengannya. Setelah mereka bercerai, wanita ini meninggalkannya begitu saja seperti tidak pernah mencintainya. Wanita yang dulu selalu diomeli Hartini sampai tidak berani mengangkat kepalanya ini, sekarang berani mengaku kalau dia sudah menendang Shinta sampai tercebur ke dalam kolam. Dia bukan hanya mengakui perbuatannya. Dia juga terlihat sangat bangga mengakuinya. Adam mematikan rokoknya dengan kesal. Entah kenapa sudah larut malam dia tidak bisa tidur. Sekarang dia duduk dan menatap wajah mantan istrinya dari ponselnya. Aneh sekali! Video kejadian malam itu tersebar ke mana-mana. Ada pandangan pro dan kontra terhadap tindakan Lydia. Ada orang yang memuji tindakan Lydia, ada pula yang merasa dirinya sudah bersikap terlalu sombong. Tentu saja, tidak peduli siapa pun orang itu. Tidak ada siapa pun yang merasa lebih jengkel dari Hartini. Hartini merasa wanita seperti Lydia ini selain memiliki muka yang lebih cantik, tidak ada hal lain lagi yang patut dibanggakan dari dirinya. Wanita ini tidak memiliki status dan kemampuan apa pun. Buktinya, setelah menikah selama tiga tahun dengan Adam, dia tetap tidak memiliki apa pun, bukan? Andaikan waktu itu dia mengambil uang yang mereka tawarkan, bukankah akan jauh lebih baik? Lydia malah bermimpi kejauhan. Kalau bukan karena Lydia masuk ke dalam kehidupan Adam, Adam dan Shinta mungkin sudah menikah sejak jauh-jauh hari. Shinta bukan hanya berasal dari keluarga terpandang. Lalu hal yang paling penting adalah, dia berasal dari level yang sama dengan Hartini. Kalau Shinta menikah dengan Adam, mana mungkin Adam tinggal di luar sana sampai bertahun-tahun. Menurut Hartini, Shinta adalah menantu yang paling sesuai dengan harapannya. Sayangnya, malah Lydia yang menjadi menantunya. Sekarang, setelah Adam dan Lydia bercerai sesuai harapannya, Lydia semakin hari malah semakin terkenal. Dua hari yang lalu, menantu idamannya malah diceburkan ke dalam air oleh Lydia. Hartini kesal sekali sampai tidak bisa tidur di malam hari. Kebetulan sekali, baru beberapa hari mereka sudah bertemu kembali. Ketika bertemu, Lydia sedang duduk di sofa sambil membaca majalah menunggu Benita yang sedang mencoba pakaian. Benita adalah tukang belanja. Setiap kali jalan-jalan untuk belanja, wanita itu bisa menghabiskan 5-6 jam untuk mencoba baju. Lydia sudah terbiasa. Pembantu di toko juga sudah terbiasa dengan kebiasaan Benita. Jadi, mereka pun menyediakan banyak majalah supaya Lydia bisa menghabiskan waktunya. Biar bagaimanapun, Benita adalah seorang bintang besar. Dia selalu diikuti oleh paparazi. Makanya, dia selalu berbelanja di beberapa toko bermerek yang sudah dikenalinya. Begitu mereka masuk, pintu toko akan ditutup. Lalu papan di luar akan diganti dengan tulisan “tutup”. Seharusnya, tidak ada seorang pun yang akan masuk lagi ke dalam toko tersebut. Akan tetapi, kalau ada yang masih ingin masuk, mereka juga tidak mungkin menghentikan orang itu. Shinta sama sekali tidak melakukan apa pun pada Adam. Akan tetapi, Shinta tidak rela harus menerima kerugian dari kejadian waktu itu. Jadi, setelah mendengar berita kalau Lydia dan Benita sedang jalan-jalan dan belanja, Shinta sengaja mengajak Hartini untuk berbelanja bersamanya. Dia ingin memanfaatkan Hartini untuk mempermalukan Lydia. Dia sengaja mengajak Hartini berkeliling dulu di lantai bawah. Setelah itu, mereka baru naik ke lantai atas dan berpura-pura tidak sengaja bertemu dengan Lydia di tempat itu. Benar saja! Begitu melihat Lydia, Hartini pun senang sekali. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan itu dan bersikeras untuk masuk ke dalam tempat itu. Biar bagaimanapun, Hartini adalah ibu kandung Adam. Pegawai toko mengenali Hartini dan menahannya agar wanita itu tidak masuk. Akan tetapi, wanita itu tetap bersikeras untuk masuk. Para pegawai toko juga tidak berani terlalu keras pada wanita tua itu. Jadi, ketika Lydia baru menyeruput tehnya, dia langsung mendengar suara tajam dari seorang wanita, “Lydia! Hebat sekali kamu, ya! Berani sekali kamu mengambil uang dari keluarga Iskandar dan berfoya-foya dengan uang itu!” Mendengar suara Hartini, Lydia pun mengerutkan alisnya. Setelah itu, dia memalingkan wajahnya dan melihat Hartini yang sedang berjalan mendekat sambil menenteng tasnya. Lalu di samping Hartini ada wanita yang kemarin ditendangnya sampai terjatuh ke kolam renang. Melihat mereka, Lydia tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi. Lydia tidak menggubris Hartini. Dia pun tersenyum ke arah Shinta dan berkata, “Kak Shinta, kemarin otakmu sudah kemasukan air, ya?” Berani sekali wanita ini membawa Hartini ke sini untuk memberinya pelajaran. Lydia jadi tertawa geli melihat aksinya. Melihat Lydia tertawa sambil menutup mulutnya, Shinta hampir tidak bisa tersenyum saat mengatakan, “Nona Lydia, Nyonya Hartini sedang bicara denganmu.” “Benarkah?” Lydia mengangkat alisnya. Dia seperti baru menyadari keberadaan Hartini, lalu menyapukan pandangannya ke arah Hartini dan berkata, “Oh! Lama tidak berjumpa Nenek Hartini!” Tahun ini, Hartini sudah berusia 52 tahun. Tidak salah juga kalau Lydia memanggilnya Nenek Hartini. Hanya saja, Hartini tidak pernah suka orang lain memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Mendengar Lydia memanggilnya dengan sebutan “Nenek Hartini”, wajah Hartini langsung berubah kaku saat berkata, “Kamu semakin lama semakin tidak tahu aturan. Pantas saja Adam tidak menginginkanmu!” Lydia tersenyum sinis dan membalas, “Nenek Hartini sepertinya tidak tahu kalau aku yang meminta cerai dengan Adam.” Hartini tidak mungkin bisa percaya dan berkata, “Huh! Kamu jangan berbohong.” “Lydia, lihat baju ….” Benita baru mencoba sebuah gaun model terbaru. Siapa sangka begitu keluar, dia langsung berpapasan dengan nenek sihir. Ekspresinya langsung berubah. Dia segera berjalan ke hadapan Lydia. Wajahnya terlihat sangat dingin ketika melihat pegawai toko itu saat berkata, “Kenapa bisa ada orang lain di tempat ini?” “Nona Benita, maaf! Nenek Hartini ingin masuk, kami ….” Benita mungkin tidak akan seberani ini kalau orang lain yang mengusiknya, tapi kalau ada orang yang berani mengusik Lydia, meskipun tidak mungkin bisa mengalahkan orang itu, Benita tetap tidak akan gentar. “Aku sudah memesan seisi tempat ini. Hari ini, kalian hanya boleh melayani diriku. Aku tidak peduli siapa pun orang itu, usir mereka keluar!”