Bab 17 Urus Orang-Orang yang Ada di Sekitarmu
“Nona Benita, bicaramu sombong sekali! Percaya tidak aku bisa menyuruh putraku untuk berbicara dengan sosok yang melindungimu itu supaya besok kamu didepak keluar dari industri hiburan.” Mendengarnya, Benita pun tertawa terpingkal-pingkal dan berkata, “Nenek Sihir, silakan beri tahu putramu! Kalau besok aku benar-benar didepak dari industri hiburan, aku akan pergi ke rumah keluarga Iskandar dan berlutut pada kalian.” Wajah Hartini langsung terlihat sangat berang saat berkata, “Kamu, kamu … dasar kurang ajar!!!” “Kita harus tebang pilih dalam memperlakukan orang-orang. Nenek Sihir sepertimu bukan manusia. Jadi, aku tidak perlu berbicara sopan denganmu.” Selama beberapa tahun ini, Hartini sudah terbiasa menindas Lydia. Selain itu, Shinta juga selalu berusaha untuk mengambil hatinya. Alhasil, Hartini jadi mengira orang-orang takut padanya. Kali ini, berhadapan dengan lawan yang tangguh seperti Benita, wajah Hartini berubah merah padam. Dia tidak bisa menang debat dengan Benita. Dulu, Lydia juga bisa membangkang padanya. Hanya saja, Lydia tidak sampai sekasar ini. Hartini segera mengalihkan tatapannya ke arah Lydia yang sedang duduk di sofa dan berkata, “Jadi, kamu bergaul dengan teman seperti ini? Wanita tidak sopan dan sangat kurang ajar, yang bersedia tidur dengan pria lain untuk mendapatkan ketenaran. Pantas saja kalian bisa berteman baik. Kalian sama sekali bukan manusia.” Wajah Lydia sontak berubah menjadi sangat dingin. Dia langsung bangkit, lalu mencibir Hartini, “Mau seburuk apa pun kami, kami tetap tidak bisa mengalahkan sepak terjang Nenek Hartini yang waktu itu mencampakkan putra dan suaminya.” Kejadian Hartini yang kabur dengan selingkuhannya setelah mendapatkan uang sudah diketahui oleh semua orang yang ada di kota Hasbin. Akan tetapi sekarang, tidak banyak orang yang berani mengungkit kejadian tersebut. Hartini pun membohongi dirinya dan semua orang, lalu menganggap kejadian ini sudah berlalu. Hari ini, Lydia tiba-tiba mengungkitnya kembali. Lydia seperti menelanjanginya di depan umum. Kehidupan Hartini ketika masih muda cukup berlika-liku. Hanya saja, setelah tahu kalau keluarga terpandang sangat mementingkan sesuatu yang disebut harga diri, dia pun berpura-pura seperti mereka. Namun hari ini, Lydia membongkar kembali masa lalunya. Hartini tidak mungkin bisa terus bersikap anggun dan berkelas. Dia langsung mengambil gantungan baju besi yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke arah Lydia sambil berkata, “Dasar wanita murahan! Tutup mulutmu!!!” Lydia berhasil menghindari gantungan baju yang dilempar Hartini. Benita kaget sekali. Dia pun segera berdiri di depan Lydia untuk melindunginya dan berkata, “Nenek Sihir, berani sekali kamu menyerangnya!” Lydia menarik Benita, lalu melirik Shinta dan mendengus dingin. Selanjutnya, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sekretarisnya Adam. Arif baru saja keluar dari ruang rapat. Dia tidak menyangka dirinya akan menerima sebuah panggilan telepon dari seseorang yang tidak disangka-sangka bisa menghubunginya. Setelah melihat nama yang muncul di layar, Arif kaget sekali. Dia segera menerima panggilan tersebut dan berkata, “Nona Lydia?” “Halo, ini aku. Beri tahu Adam untuk datang menjemput nenek tua berengsek keluarga Iskandar dan kekasih sok sucinya di Mall Center Point, lantai 4 Blok A dalam waktu setengah jam. Kalau lewat dari batas waktu yang kuberikan, jangan salahkan aku bersikap tidak sungkan!” “Nona Lydia, ini ….” Arif belum sempat bertanya apa yang telah terjadi, Lydia yang berada di ujung lain sudah memutus panggilan teleponnya. Dia lantas menunduk memperhatikan panggilan masuk yang tidak lebih dari 10 detik tersebut. Arif merasa sangat kaget. Ini adalah kali pertama Arif mendengar Lydia marah. Di dalam ingatannya, Lydia selalu bersikap lembut dan murah hati. Selama menjadi istri Adam selama tiga tahun ini, Arif tidak pernah melihat Lydia marah. Kalau nenek tua berengsek keluarga Iskandar yang dimaksud Lydia bukan Hartini, bisa siapa lagi? Lalu kekasih sok suci Adam, kalau dipikir-pikir, kandidat calon pacar Adam yang akhir-akhir sedang viral adalah Shinta. Arif langsung menyadarinya. Dia langsung membuka pintu ruang kantor Adam. “Pak Adam.” “Katakan!” Wajah Adam yang sedang menandatangani dokumennya terlihat sangat dingin. Arif menggertakkan bibirnya dan berkata, “Tadi, Nona Lydia baru saja menghubungiku.” Tangan Adam yang sedang membalik dokumen langsung berhenti. Selanjutnya, Adam mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Arif sambil berkata, “Oh? Apa yang dia katakan?” ‘Apa mungkin dia menyesal sudah bercerai?’ Menyesal juga tidak ada gunanya. Adam tidak mungkin bisa rujuk kembali dengan wanita seperti Lydia. Arif tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Adam. Arif tahu kalau dia tidak bisa mengulang perkataan Lydia tadi. Jadi, dia pun menyampaikan pesan tadi dengan kata-kata yang berbeda, “Hari ini, Nyonya dan Nona Shinta jalan-jalan bersama. Mereka sepertinya bertemu dengan Nona Lydia sampai terlibat konflik. Bagaimana kalau Pak Adam pergi ke sana?” Suara tamparan langsung bergema di dalam benak Adam. Dia merasa seperti sudah ditampar keras oleh Lydia. Tamparan ini tidak terlihat, tapi cukup untuk membuat Adam merasa sangat malu. Wajah Adam berubah sangat masam. Dia lantas menatap Arif dengan tatapan yang sangat tajam saat berkata, “Untuk apa aku ke sana?” Arif berdiri tegang di tempat. Sorot mata Adam membuat Arif merinding. Hanya saja tadi, Lydia tidak terdengar seperti sedang bercanda. Akhir-akhir ini, Arif sudah mendengar banyak hal tentang Lydia. Dia baru sadar kalau mantan istri Pak Adam ini tidak terlalu sama dengan sosok yang dikenalnya. “Pak Adam, dari nada bicara Nona Lydia, dia sepertinya sangat marah. Lebih baik Pak Adam pergi ke sana!” Adam langsung meletakkan penanya dan bertanya, “Bagaimana dia mengatakannya?” Arif tersentak kaget sebelum berkata, “Aku, aku tidak berani mengatakannya.” “Katakan!” “Nona Lydia mengatakan, ‘Beri tahu Adam untuk datang menjemput nenek tua berengsek keluarga Iskandar dan kekasih sok sucinya di Mall Center Point, lantai 4 Blok A dalam waktu setengah jam. Kalau lewat dari batas waktu yang kuberikan, jangan salahkan aku bersikap tidak sungkan!’.” Arif memang sekretaris yang sangat handal. Kalimat-kalimat yang sangat rumit itu bisa diulanginya tanpa kurang satu kata pun. Hanya saja, setelah dia mengatakannya, wajah Adam bukan hanya terlihat sangat menakutkan. Adam merasa kepalanya benar-benar sakit. Setiap perkataan Lydia terasa seperti duri yang menusuk tubuhnya dan membuatnya merasa sangat menderita. Dari dulu dia tidak pernah suka ikut campur dalam urusan para wanita. Lalu hari ini Adam sudah tidak tahan lagi. “Siapkan mobil!” “Siap Pak Adam!” Arif menghela napas lega. Dia segera berjalan keluar untuk menyiapkan mobil seperti takut Adam berubah pikiran. Sekarang di waktu yang sama, Lydia baru selesai membujuk Benita. Selanjutnya, dia pun berkata, “Nona Shinta, kamu sepertinya sudah terlalu tidak ada kerjaan. Kalau kamu begitu suka mencari masalah, kalau begitu aku tidak akan mundur.” Setelah mengatakannya, Lydia diam sejenak sebelum kembali menambahkan, “Aku sudah menghubungi sekretarisnya Adam untuk meminta Adam segera datang. Bukankah Nenek Hartini curiga kalau aku mendapatkan uang keluarga Iskandar setelah bercerai dari Adam? Kalau begitu biar putramu sendiri yang memberitahumu aku mengambil uang kalian atau tidak.” “Kemudian Nona Shinta, kamu tidak berani mencari Adam, tapi terus mencariku. Kalau begitu hari ini aku juga akan membantumu untuk membereskan masalah ini.” Hartini kesal sekali sampai hampir kehilangan akal sehatnya. Wajahnya sudah tertimpuk oleh baju yang dilemparkan Benita. Kalau bukan karena ada Shinta yang menahannya, mungkin Hartini sudah berkelahi dengan Benita. Sekarang mendengar Lydia mengungkit nama Adam, Hartini sudah lebih tenang. Sambil merapikan penampilannya, dia pun mendengus dingin dan berkata, “Baguslah! Biar semuanya jelas!” Melihat kedua pihak akhirnya sudah bersikap lebih tenang, para pegawai segera memisahkan dan menenangkan mereka. Tempat ini juga tidak jauh dari Perusahaan Niaga. Adam sangat cepat sudah tiba di sana. Baru masuk, dia langsung melihat Lydia yang duduk di sebelah Benita. Hari ini, wanita itu memakai gaun polos ketat. Saat duduk, wanita itu juga tidak terlihat lemah. Saat melihatnya, Lydia langsung bangkit, lalu mendekatinya dengan dingin dan berkata, “Aku tahu Pak Adam adalah orang yang sangat sibuk. Tapi kamu seharusnya memberi tahu keluargamu tentang proses perceraian kita. Jangan biarkan mereka terus mengejarku seperti koyo yang lengket. Bikin jijik saja!” “Terus, urus orang-orang di sekitarmu ini! Kalau kejadian ini terulang lagi, aku tidak akan menyuruhmu untuk menjemput mereka lagi seperti hari ini.” Setelah mengatakannya, Lydia menoleh ke arah Benita. Benita tercengang sejenak. Saat sadar, dia segera mengambil tasnya dan mengejar Lydia. Adam berdiri di sana dan wajahnya terlihat sangat masam.