Istriku, Rujuk Lagi, Ya?
Bab 18 Apa Aku Terlihat Seperti Bisa Rujuk dengan Mantanku?
Ini pertama kalinya Benita melihat Lydia marah. Setelah berhasil mengejarnya. Benita terlihat seperti anak ayam yang berjalan mengikuti Lydia Dia tidak berani mengatakan sepatah kata pun.
Keduanya langsung menuju ke tempat parkir yang berada di lantai dasar. Saat itu. Lydia pun berhenti dan menoleh ke arahnya sambil berkata, “Aku mau pulang dulu.”
Ekspresi Lydia terlihat sangat datar. Benita juga tidak bisa menebak apakah Lydia marah atau
tidak
Lydia, apakah kamu masih memikirkan si berengick Adam
Lydia yang sedang membuka pintu mobil dan hendak masuk ke dalam langung tertawa jengkel dan berkata, “Apa aku terlihat seperti bisa rujuk kembali dengan mantanku!”
“Tidak Tidak sama sekali”
Benita menggeleng dengan sangat cepat. Lydia mengerutkan dahinya dan bertanya, “Apa maksud dari ekspresimu itu?”
A..
anu Lydia, bagaimana kalau kamu melihat Er arah belakang)”
lydia mengangkat alinya dan menoleh. Dia pun tersentak kaget
Namun, Lydia juga bereaksi dengan cepat dan berkata, “Ayo pulang
Lydia menarik tatapannya dan langsung membungkuk masuk ke dalam mobil.
Sementara itu. Adam yang berada tidak terlalu jauh seperti mengeluarkan aura yang mengatakan menjauhlah dariku‘ Arif yang mengikutinya di belakang menjaga jarak setengah meter dari pria itu Dia tidak berani mendekatinya karena takut kea sial.
Suasana hati Adam sangat buruk karena tadi Lydia sudah membentaknya. Adam tidak menyangka di tempat parkir ini, dia malah mendengar ucapannya tadi. Sekarang, gawat saja belum cukup untuk melukiskan perasaannya.
Setelah membuat masalah nyali Benita langsung menciut Melihat Lydia sudah masuk ke dalam mobilnya. Benita juga segera kembali ke mobilnya sendin dan melarikan diri.
Mobil Ferrari berwarna merah perlahan–lahan melesat meninggalkan tempat itu. Ketika mobil itu tidak terlihat lagi, Adam pun melonggarkan dasinya.
“Sekretaris Arif!”
Arif yang dipanggil segera berjalan mendekat dengan sikap yang sangat profesional saat bertanya, “Pak Adam?”
dalam mobil.
Sementara itu, Adam yang berada tidak terlalu jauh seperti mengeluarkan aura yang mengatakan “menjauhlah dariku“. Arif yang mengikutinya di belakang menjaga jarak setengah meter dari pria itu. Dia tidak berani mendekatinya karena takut kena sial.
Suasana hati Adam sangat buruk karena tadi Lydia sudah membentaknya. Adam tidak menyangka di tempat parkir ini, dia malah mendengar ucapannya tadi. Sekarang, gawat saja belum cukup untuk melukiskan perasaannya.
Setelah membuat masalah, nyali Benita langsung menciut. Melihat Lydia sudah masuk ke dalam mobilnya, Benita juga segera kembali ke mobilnya sendiri dan melarikan diri.
Mobil Ferrari berwarna merah perlahan–lahan melesat
meninggalkan tempat itu. Ketika mobil itu tidak terlihat lagi, Adam pun melonggarkan dasinya.
“Sekretaris Arif!”
Arif yang dipanggil segera berjalan mendekat dengan sikap yang sangat profesional saat bertanya, “Pak Adam?”
“Siapkan surat pemberitahuan perceraian, lalu kirimkan ke internet. Kelak, kalau hal seperti ini terjadi lagi, kamu tidak perlu memberitahuku lagi!”
Setelah menyelesaikan perkataannya, Adam melontarkan tatapan yang sangat dingin ke arah Arif.
Arifjadi pusing. Dia tidak seharusnya dipersalahkan untuk hal ini.
Nona Lydia juga tidak bersalah. Setelah menikah tiga tahun, dia tidak mengambil sepeser uang pun milik keluarga Iskandar. Sekarang setelah mereka bercerai, orang–orang tidak henti–hentinya menghinanya. Kalau dia sendiri yang berada di posisi Lydia, Arif juga akan melampiaskan kekesalannya pada Adam.
Akan tetapi, kalau hal ini memang terjadi padanya, Arif sepertinya tidak akan seberani Lydia.
Tidak bisa dipungkiri, setelah kejadian ini, Arif jadi merasa sedikit mengagumi Lydia.
Baru tiba di rumah, Lydia pun melihat surat pengumuman perceraian dirinya dan Adam. Tidak seperti Benita yang sangat antusias, Lydia merasa biasa–biasa saja. Setelah membacanya sekilas, Lydia pun keluar dari halaman tersebut.
Di dalam pengumuman itu, Adam dengan tegas menyatakan kalau mereka sudah bercerai dan Lydia tidak mendapatkan sepeser pun
darinya.
Pengumuman itu kembali menciptakan kegemparan.
Lalu orang–orang yang paling terkejut adalah anggota keluarga Iskandar. Tidak ada yang berani menghubungi Adam. Mereka hanya menghubungi Violin dan Hartini.
Menerima telepon–telepon itu, Hartini murka sekali, tapi dia tidak berani melampiaskannya pada Adam. Akhirnya, setiap mengakhiri satu panggilan telepon, wanita itu pun memaki Lydia.
Suasana hati Shinta tidak jauh lebih baik dari suasana hati Hartini. Begitu pengumuman itu keluar, teman asli dan teman palSunnya
langsung menghubunginya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang telah terjadi.
Apa yang telah terjadi? Shinta mana tahu?
Akan tetapi, meskipun pengumuman ini sangat menggemparkan, Lydia tidak memberikan respons apa pun. Kejadian ini pun perlahan–lahan memudar.
Di bulan Oktober, kota Hasbin sudah melewati akhir musim. kemarau. Udara perlahan–lahan mulai terasa lebih sejuk.
Saat Lydia baru tiba di bandara, Benita sudah menghubunginya.
Setelah mematikan mesinnya, Lydia mengambil ponselnya dan menggeser panggilan terima, lalu berkata, “Baru tiba.”/
“Lydia, aku berada di pintu masuk A11!”
“Ok!”
Setelah menjawabnya, Lydia mencabut kuncinya dan keluar dari parkiran mobil.
Jumlah pengunjung bandara internasional tidak sepadat biasanya. Lydia menunggunya di pintu All. Beberapa orang sudah keluar dari tempat itu, tapi Lydia masih belum melihat wajah yang dikenalnya.
Saat Lydia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Benita, Benita yang berada di tengah kerumunan sudah keluar.
Isna tidak berada di sisi Benita. Alhasil, Benita jadi seperti burung yang terlepas dari sangkarnya.
“Lydia!”
Benita langsung memeluk Lydia dan berkata, “Kita sudah tidak bertemu selama satu bulan lebih. Apakah kamu merindukanku?”
Lydia mendelik dan tatapannya dialihkan pada pria yang berada di sisi Benita saat berkata, “Jadi, dia adalah talenta barumu?”
Benita memekik kecil dan berkata, “Benar! Lihat dia! Dia baru berusia 18 tahun. Masih muda sekali. Biar kuberi tahu, ya! Meskipun usia masih sangat belia, dia sangat emosional. Kalau bukan karena uang yang kutawarkan sesuai dengan jumlah yang dia yang inginkan, dia belum tentu bersedia datang denganku.”
Lydia langsung mendorongnya dan berkata, “Baiklah! Tapi tolong pertahankan citra dirimu yang masih tersisa tidak seberapa itu.”
Ucapan ini memiliki efek yang sangat kuat. Benita kembali bersikap seangkuh angsa. Melihat pria muda yang berjalan mendekatinya, Benita pun berkata, “Franky, wanita ini bernama Lydia. Dia adalah sahabatku. Kamu boleh memanggilnya kakak.”
Sayangnya, keanggunannya tidak bertahan lama. Setelah satu detik, Benita tidak sanggup bertahan lagi dan berkata, “Lydia sayang, dia adalah talenta baruku. Namanya Franky Hantoro.”
Setelah mengatakannya, Benita lantas mengirimkan sinyal ke arahnya.
Lydia pun menyunggingkan senyuman pada Franky, lalu menyapanya dengan tanpa emosi, “Apa kabar?”
Namun, lawan bicaranya ini malah membalasnya dengan sikap
lebih dingin, “Apa kabar!”
Lydia merasa kalau pria ini sangat menarik. Dia lantas mengangkat alisnya dan berkata, “Aku sudah memesan restoran untuk menyambut kalian. Ayo jalan!”
“Ah! Lydiaku… kamu perhatian sekali!”
Kalau bukan karena ada banyak orang di tempat itu, Benita pasti sudah memeluk dan mencium Lydia untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Lydia tersenyum penuh arti padanya dan berkata, “Kak Isna sudah berpesan kalau minggu depan kamu akan menghadiri sebuah acara. Berat badanmu sudah lebih 1,5 kg. Kamu tolong kendalikan
nafsumu!”
“Sebagai sahabat … kamu tidak perlu bersikap sekejam itu, bukan?”
Lydia melihat ponselnya, lalu berkata, “Apa kamu ingin muncul di acara itu dengan perut buncitmu?”
Sambil mengatakannya, Lydia pun menunduk dan melirik ke arah. perut buncit Benita dengan tatapan penuh arti.
“Maaf, aku sudah salah! Lydia, sayur–sayuran memang lebih cocok
untukku.”
Lydia tersenyum puas dan berkata, “Bagus!”
Karena harus menjemput dua orang, Lydia tidak datang dengan mobil Ferrari–nya. Dia mengendarai mobil Mercedes Benz.
Mobil itu dibeli oleh Austin. Lydia membeli mobil ini untuk keperluan rapat. Mobil sport kurang cocok untuk digunakan dalam berbisnis. Makanya, Lydia menggantinya dengan mobil ini.
Benita berdecak dan bertanya, “Lydia sayang, kapan kamu membeli mobil ini?”
“Minggu lalu.”
Lydia membuka pintu mobil setelah itu dia mengitari mobil dan berkata, “Maaf, tolong angkat koper itu sebentar.”
Franky menyeret tiga koper dan dua di antaranya adalah milik Benita.
Wajah pemuda berusia 18 tahun ini terlihat sangat belia meski reaksinya memang agak dingin, “Sama sekali tidak merepotkan!”
Lydia juga bukan orang yang pintar berbasa–basi. Setelah mengangguk, dia pun kembali ke kursi kemudi.
Benita takut seseorang diam–diam mengambil fotonya. Jadi, dia sudah mengencangkan sabuk pengamannya setelah berada di atas
mobil.
Melihat Lydia masuk ke dalam mobil, tapi Franky masih berada di luar, Benita segera melihat ke arah Lydia dan bertanya, “Bagaimana? Bagaimana? Wajahnya sangat polos tapi sikapnya sedingin es, bukan? Bukankah sikap dan perawakannya sangat kontras?”
Lydia mendelik padanya dan berkata, “Tolong jaga sikapmu. Besok pagi Adrian juga sudah kembali, ‘kan?”
Setelah mendengar nama itu, Benita sudah lebih menjaga sikapnya.
Begitu Franky masuk ke dalam mobil, Lydia pun mengendarai mobilnya keluar dari tempat parkir menuju ke bandara.
Istriku, Rujuk Lagi, Ya?