Bab 20 Aku Tidak Pernah Tertarik Padamu
Adam memperhatikan Lydia yang perlahan–lahan berjalan mendekatinya. Selanjutnya, muncul perasaan tidak wajar di dalam hati Adam. Adam kira Lydia akan melakukan sesuatu, tapi wanita itu berhenti setelah wajah mereka sudah sangat dekat.
Lydia tidak mengatakan apa pun, tapi terus memperhatikan wajahnya.
Ada orang yang masuk dari luar. Adam mengerutkan dahinya, lalu mundur selangkah dan mengatakan, “Kamu tidak akan bisa menggodaku. Sejak dulu, aku tidak pernah tertarik padamu.”
Lydia juga ikut mundur, lalu memperhatikan Adam. Selanjutnya, dia mengangkat sudut bibirnya, “Sudah kukatakan kalau kamu sedang bermimpi. Ternyata, yang kukatakan memang tidak salah. Kamu tahu tidak apa yang tadi sedang kulakukan?”
Adam punya firasat kalau kata–kata selanjutnya bukan sesuatu yang enak didengar, tapi dia tetap bertanya, “Memangnya tadi kamu melakukan apa?”
“Aku sedang memeriksa apakah di wajahmu ada tulisan tidak tahu malunya. Kalau tidak ada, kenapa hari ini tindakanmu bisa begitu menjijikkan?”
Setelah mengatakannya, Lydia tertawa dingin dan berkata, “Adam, tolong pahami bahwa meskipun tiga tahun yang lalu aku
menyukaimu, bukan berarti tiga tahun berikutnya aku akan tetap menyukaimu. Tiga tahun yang lalu aku ingin menikah denganmu. Tiga tahun kemudian, aku juga yang menginginkan perceraian kita.
Jadi, kamu harus tahu kalau rasa cintaku padamu sudah sirna ketika aku mengatakan ingin bercerai denganmu.”
“Sejak awal aku sudah mengatakan bahwa setelah bercerai, kita sudah menjadi orang asing. Kalau tidak ada kepentingan apa pun, kita tidak perlu saling menggubris. Aku akui aku sudah melakukan semua itu dengan sangat baik, tapi tidak denganmu Adam. Sikap narsis dan kritik kerasmu itu membuatku curiga kalau kamu sebenarnya juga memiliki sedikit perasaan untukku.”
Wajah Adam berubah menjadi sangat tegang. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Lydia sudah berbalik kembali dan masuk ke dalam Restoran Lakeside.
Adam ikut berbalik dan memperhatikan punggung Lydia dengan ekspresi yang terlihat semakin masam.
Dua detik kemudian, Adam berbalik meninggalkan tempat itu.
Ketika dia baru naik ke atas mobil, Adam mengeluarkan ponselnya.
Arif yang berada di ujung sana segera menjawab panggilan teleponnya, “Pak Adam?”
“Batalkan kerja sama dengan Grup Best!”
Setelah menyelesaikan perkataannya, Adam langsung mematikan panggilan telepon itu.
Arif menunduk dan melihat pemberitahuan panggilan telepon telah berakhir yang tertera di layarnya. Dia bingung bagaimana orang- orang dari Grup Best bisa menyinggung perasaan Adam. Padahal hanya makan siang bersama. Kerja sama mereka malah diakhiri.
Lydia berjalan masuk ke dalam restoran dengan langkah cepat. Kemarahan membuat wajahnya yang cantik seperti ada tulisan “dilarang mendekat!“.
Saat kembali ke tempat duduknya, amarahnya sudah hampir sirna. Dia pun melirik ke arah Benita dan berkata, “Apa kamu sudah selesai makan?”
Benita yang bisa merasakan aura kemarahannya segera menjawab, “Sudah selesai!”
Dia pun menepuk tangannya, lalu memiringkan tubuhnya dan bertanya, “Untuk apa Adam mencarimu? Kamu sampai semarah ini.”
Lydia tidak ingin membahasnya. Jadi, dia menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Bukan apa–apa!”
Benita juga tahu diri dan tidak mendesak Lydia untuk menjawab, melainkan menghiburnya, “Jangan marah! Tadi, Shinta juga pergi. dengan wajah yang terlihat sangat tidak senang. Kelihatannya, pembicaraan mereka juga tidak berakhir dengan baik.”
Lydia memang sudah dibuat kesal oleh Adam. Sekarang, mendengar Benita membahas tentang Shinta, dia semakin tidak tertarik dan berkata, “Ya!”
Lydia melirik Franky dan bertanya, “Kamu sudah kenyang?”
“Ya!”
Lydia malas berlama–lama di tempat ini. Dia mengambil tasnya dan berkata, “Kalau begitu aku antarkan kalian pulang.”
9
Benita juga sadar kalau suasana hati Lydia sedang tidak baik. Setelah menyeruput tehnya, dia pun melihat semeja santapan lezat itu
dengan tatapan yang tidak rela, lalu mengambil tasnya dan pergi dari tempat itu.
Begitu mereka keluar dari restoran tersebut, mereka bertemu dengan Thomas. Lydia mengangkat alisnya, lalu menoleh ke arah Benita yang sedang bersendawa di sampingnya dan tersenyum mengatakan, “Sudah! Kali ini aku tidak perlu mengantarkanmu lagi.”
Melihat Thomas, Benita langsung berlari ke arah Thomas dan memeluknya. Citra dingin dan angkuhnya tidak bersisa sedikit pun.
Thomas memeluknya dengan satu tangannya. Tangannya yang lain. bergerak untuk menerima tas Benita dari tangan Lydia sambil menyapa Lydia.
Lydia tersenyum dan membalas, “Ya! Dia kuserahkan padamu. Kopernya masih ada di bagasi mobilku.”
Thomas menyahut. Setelah itu, dia tiba–tiba saja menanyakan satu hal, “Bulan depan kamu ada waktu luang tidak?”
Lydia mengangkat alisnya dan langsung teringat pada acara peresmian Futari Teknologi, lalu membalas, “Aku tidak pergi. Kamu saja sudah cukup.”
“Baiklah kalau begitu.”
Mereka bertiga sudah berteman selama 20 tahun lebih. Jadi,
Thomas sudah tahu kalau Lydia hanya sedang bercanda atau benar- benar serius dengan perkataannya. Makanya, dia pun tidak memaksanya lagi.
Thomas merasa tidak berdaya menghadapi investor besar yang tidak suka menunjukkan dirinya ini
Thomas menerima koper Benita dari tangan Franky. Si bintang besar Benita sudah berada di dalam mobil saat melambaikan tangannya dan berkata, “Lydia, Franky kuserahkan padamu, ya! Muach!”
Sambil mengatakannya, Benita menciumnya melalui udara.
Lydia pun mendelik dan berkata, “Hati–hati! Ada paparazi!”
Begitu Lydia mengatakannya, Benita langsung menaikkan jendela. mobilnya.
Kalau paparazi berhasil mengambil fotonya, Benita harus
menghabiskan uang yang sangat banyak untuk menahan mereka mempublikasikannya.
Benita di antara pulang oleh Thomas. Franky yang menyedihkan ditinggalkan pada Lydia.
Lydia mengencangkan sabuk pengaman dan berkata, “Apakah Benita sudah mengurus apartemen untukmu?”
Franky menggeleng dan menjawab, “Belum!”
Lydia memijat kepalanya karena merasa pusing dan berkata, “Kamu keberatan tidak, tinggal di rumahku untuk sementara waktu?”
Franky yang duduk di samping kursi kemudi langsung duduk dengan posisi tegak dan menjawab, “Tidak keberatan!”
Wajahnya terlihat sangat dingin, tapi telinganya sudah berubah merah.
‘Menarik juga.‘
Lydia tersenyum dan mulai berkendara meninggalkan Restoran
Lakeside.
Saat mereka tiba di vila, jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat. Dia mengatur kamar Franky di ruang tamu. Setelah mengajarkan cara mengoperasi Jerry, Lydia keluar lagi di jam empat lewat.
Bulan lalu perusahaan sudah meninjau lima perusahaan start–up. Setelah melewati evaluasi awal, perusahaan berencana untuk berinvestasi pada perusahaan yang mengembangkan aplikasi belanja online, tapi Lydia sendiri lebih tertarik pada Grup Wina yang mengembangkan aplikasi Evil by My Side.
Lydia sangat jarang menunjukkan dirinya di perusahaan. Karena perusahaan start–up itu sudah gagal melewati evaluasi perusahaan, Lydia tidak berencana untuk memodali perusahaan start–up melalui perusahaannya. Jadi, dia meminta nomor yang bisa dihubungi dari perusahaan start–up itu dari sekretarisnya. Lydia bermaksud untuk membicarakannya sendiri dengan pendirinya.
Waktu pertemuan mereka jam setengah lima. Saat Lydia tiba di sana, jam sudah menunjukkan pukul 16:35.
Ketika dia baru masuk ke dalam kafe, Lydia melihat sosok pria berjas yang duduk di sebelah jendela.
Pria itu di kisaran usia 25-26 tahun. Wajahnya terlihat lebih menarik jika dibandingkan dengan fotonya.
Lydia menyukai orang–orang yang berparas menarik. Di dalam hatinya, Lydia sudah memberikan beberapa poin untuknya.
Lydia lantas berjalan mendekati pria itu dan duduk. Pria itu terlihat agak kaget dan berkata, “Nona, maaf! Aku sudah ada janji dengan orang lain!”
Lydia pun tersenyum dan mengatakan, “Kalau kamu bernama Revin Nataya, aku adalah orang yang membuat janji denganmu.”
Revin melihat wanita muda cantik yang ada di hadapannya, lalu bertanya dengan tidak percaya, “Sunny?”
“Aku Sunny! Apa aku sudah mengejutkanmu?”
Melihatnya tersenyum, rasa gugup Revin berkurang, dia pun berkata, “Aku hanya tidak menyangka kalau Sunny ternyata masih muda dan cantik.”
Lydia mengangkat alisnya dan menjawab, “Aku akan menganggap kamu sedang memujiku.”
Setelah mengatakannya, Lydia mengalihkan tatapannya ke proposal Revin, lalu bertanya, “Apa kamu keberatan jika aku melihatnya?”
“Tentu saja tidak. Aku memang sengaja mempersiapkannya
untukmu.”
Akhir–akhir ini investor yang ditemui Revin banyak yang berada di kisaran usia 40-50 tahunan. Revin baru pertama kali melihat investor semuda dan secantik Lydia, Alhasil, bicaranya jadi lebih percaya diri dari sebelumnya.
Lydia menjulurkan tangannya dan menerima proposal Revin, lalu berkata, “Tunggu sebentar, aku akan memeriksanya.”
Sebenarnya, dia sudah melihat proposal tersebut. Sekarang, Lydia melihatnya kembali hanya untuk mencari tahu apakah Revin membuat perubahan sekaligus menguji keseriusannya.