Bab 23 Tunggu Somasi dari Pengacaraku
Arif berdiri di pintu masuk kantor. Dia sempat mengangkat tangannya beberapa kali dan meletakkannya kembali.
Internet sedang digemparkan oleh berita Lydia. Arif bingung apakah dia harus memberi tahu Adam atau tidak.
Kalau dulu, Arif tidak akan ragu–ragu melaporkannya. Beberapa bulan setelah Adam dan Lydia bercerai, kejadian–kejadian selama beberapa waktu ini sudah membuat Arif tidak bisa menebak isi hati
Adam.
Arif menggigit bibirnya, lalu mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kantor Adam.
“Ada apa?”
Adam baru selesai menerima panggilan telepon dan berdiri di depan jendela. Wajahnya terlihat tidak ada emosi dan suasana hatinya biasa–biasa saja.
Ditatap oleh Adam, hari Arif mencelus. Dia pun berkata, “Pak Adam, hari ini ada banyak sekali berita buruk yang berkaitan dengan Lydia, bagaimana kalau …?”
Begitu Arif menyelesaikan perkataannya, sorot mata Adam terlihat sangat dingin saat berkata, “Kamu perhatian sekali padanya.”
Arif sampai bergidik saat berkata, “Maaf! Bukan seperti itu.”
“Maaf Pak Adam, aku tidak akan mengganggu Pak Adam lagi.”
a
Adam diam saja. Wajahnya terlihat sangat masam.
Arif sadar kalau kali ini dia sudah membuat keputusan yang salah. Dia segera menutup pintunya dan meninggalkan ruangan kantor.
Setelah pintu tertutup, di dalam ruangan itu hanya ada Adam seorang diri.
Adam hanya melihat ke arah pintu. Beberapa detik kemudian, dia berjalan ke arah meja dengan wajah masam untuk membuka internet. Dia ingin melihat berita negatif Lydia yang tersebar di internet. Saat itu, dia baru sadar kenapa dirinya tidak pernah menggunakan Twitter.
Dia berhenti menggerakkan mousenya, lalu mencari berita di Twitter melalui ponselnya.
Setelah melihat isi beritanya, wajah Adam berubah menjadi lebih masam dari sebelumnya.
Baru bercerai tiga bulan, sudah berapa kali Lydia gonta–gan pacar.
Pacar–pacar yang sebelumnya hanya menggandeng tangannya atau memeluknya. Akan tetapi, pacar yang satu ini sudah tinggal di rumahnya.
‘Apa Lydia begitu menyukainya?”
’18 tahun?‘
‘Pacar baru Lydia baru berusia 18 tahun?‘
Adam merasa kepalanya seperti ditusuk–tusuk dengan sesuatu.
629 Fri, May 26,
Bab 23 Tunggu Somasi dari… +10 mutiara
Tahun ini Adam sudah memasuki usia 30 tahun.
‘Malas melihatnyal‘
Adam kemudian membuang ponselnya. Kemarahan di hatinya seperti sudah mencapai ambang batasnya.
Lalu ada seseorang yang juga sudah membaca berita viral itu. Aldi langsung menghubungi Adam ketika Adam baru saja
menyingkirkan ponselnya.
Adam sama sekali tidak berniat untuk menerima panggilan itu. Entah apa lagi yang akan dikatakan Aldi jika dia mengangkat teleponnya.
Sayangnya, Aldi benar–benar sangat bersemangat ingin mengejek Adam dalam masalah ini. Begitu Adam menerima panggilan telepon ini, wajahnya sudah sangat tidak senang saat berkata, “Kalau ada sesuatu, cepat katakan!”
“Adam, apa kamu sudah melihat berita yang baru viral? Mant istrimu itu hebat sekali, ya! Baru berpisah selama tiga bulan, pacarnya sudah ganti tiga kali. Lalu usia mereka semakin lama juga semakin muda. Kalau seperti ini, pria tua sepertimu tidak mungkin bisa bersaing dengan mereka. Pantas saja Lydia ingin bercerai.”
Adam tersenyum dingin dan berkata, “Apa kamu sedang tidak ada kerjaan? Apa kamu sudah berhasil mendapatkan tanah di Jalan Merpati?”
“Aku masih belum berhasil mendapatkan tanah itu. Makanya, aku jadi punya waktu untuk membaca sedikit gosip. Katakan dengan jujur! Apa yang kamu rasakan? Baru bercerai 40–an hari, Lydia
5%
”
sudah punya pacar. Sedangkan setiap malam kamu selalu tidur sendirian. Kalau dipikirkan kasihan juga.”
Adam langsung memutuskan sambungan telepon itu. Rasa kesal sudah menguasai pikirannya. Adam mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Lydia. Saat itu, Adam baru sadar kalau dia tidak memiliki nomor kontak Lydia.
Dia pun melonggarkan dasinya dengan kesal dan menghubungi Arif, “Kirimkan nomor telepon Lydia padaku.”
Belum dua detik, Adam sudah mendapatkan nomor Lydia dari Arif.
Dia pun langsung menghubungi nomor tersebut. Siapa sangka dia malah mendengar suara wanita tanpa emosi yang mengatakan, “Maaf! Nomor yang kamu hubungi sedang sibuk. Harap menghubunginya beberapa saat lagi.”
Adam keluar dari kantornya dengan wajah yang terlihat sangat masam. Dia tiba di hadapan Arif dan berkata, “Berikan po sebentar!”
nu
Melihat wajah Adam yang kelihatan sangat galak itu, tangan Arif sampai gemetar dan hampir menjatuhkan ponselnya.
Adam memasukkan nomor ponsel Lydia ke daftar kontak ponsel Arif dan langsung menghubunginya. Tidak sampai 7 detik, panggilan itu sudah terhubung.
Suara wanita yang ada di ujung telepon terdengar sedikit bingung saat menyapanya, “Sekretaris Arif?”
Adam langsung memutus panggilan itu, lalu melihat Arif dengan tatapan yang sangat mengerikan saat berkata, “Jangan beri tahu dia kalau aku yang sudah menghubunginya!”
Setelah menyelesaikan perkataannya, Adam kembali masuk ke dalam kantornya dengan ekspresi yang sangat masam.
‘Bagus! Wanita itu memblokir nomor ponselku.‘
Di saat yang sama, Lydia yang baru selesai melihat laporan dari tim relasi publik, juga menunduk melihat ponselnya dengan dahi
berkerut.
Benita yang sedang memesan makanan di depannya langsung mengerutkan dahinya dan berkata, “Telepon dari siapa?”
“Sekretarisnya Adam.”
Mendengar jawaban Lydia, Benita seperti akan menghadapi kedatangan musuh besar dan berkata, “Apa lagi yang ingin dilakukan oleh Adam?”
“Setelah aku menerimanya, Arif langsung memutus panggil
Benita mencebikkan bibirnya dan berkata, “Mungkin dia salah
tekan.”
Lydia mengangguk setuju dan tidak merasa keberatan.
a.”
Akan tetapi, dia harus menghubungi Arif kembali. Alasannya karena masalah ini berkaitan erat dengan Adam.
Begitu Lydia meletakkan ponselnya kembali, Arif kembali
menghubunginya.
Lydia mengangkat alisnya dan bertanya, “Sekretaris Arif?”
“Nona Lydia, tadi maaf sekali! Tadi aku sedang sibuk dan tidak sengaja menghubungi nomor teleponmu.”
Arif sudah sering berbohong. Namun, dia merasa malu membohongi Lydia meskipun mereka hanya bicara melalui telepon.
“Oh!”
Lydia menyahut, lalu memberi isyarat tangan untuk Benita. Setelah itu, dia bangkit dan berjalan mendekati teras restoran yang terbuka dan berkata, “Tapi memang ada sesuatu yang ingin kubahas dengan
Sekretaris Arif.”
Arif merasa kaget. Dia punya firasat kalau sebentar lagi dia akan mendengar sesuatu yang buruk dan berkata, “Nona Lydia, katakanlah!”
“Apa kamu sudah melihat berita viral hari ini?”
“Su… sudah!”
Lydia tersenyum ringan dan membalas, “Bagus kalau kamu sudah melihatnya. Aku sudah meminta orang–orangku untuk
memeriksanya. Pagi ini sejak jam empat dini hari, lima artikel yang merugikanku sudah dirilis setiap dua jam. Kebetulan aku punya kenalan di perusahaan yang menerbitkan berita tersebut. Aku berhasil menemukan kalau Nona Violin yang sudah mengirimkan berita itu pada mereka.”
Sampai di sini, suara Lydia berubah menjadi lebih dingin, “Sekretaris Arif, tolong beri tahu Adam dan Violin kalau sebentar lagi mereka akan menerima somasi dari pengacaraku.”
Setelah menyelesaikan perkataannya, Lydia langsung memutus hubungan telepon mereka.
Benita sudah selesai m‘ makanan, lalu melihatnya dengan mata lebar sambil berkata, “Aku sudah selesai! Aku tidak memesan banyak- banyak.”
Lydia menyapukan pandangannya ke arah Benita dan tidak. membongkarnya. Selanjutnya, dia pun mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan dan berkata, “Tolong bill–nya!”
“Apa yang kamu katakan pada sekretarisnya Adam?”
Lydia menyeruput jusnya dan membalas, “Tidak ada, aku hanya menyuruh mereka untuk menunggu surat somasi dari pengacaraku.”
“Benar! Memang harus seperti itu. Adam dan keluarganya orang baik. Seharusnya kita memberi mereka pelajaran dari kemarin–kemarin.”
Lydia menopang dagunya dan tersenyum pada Benita, “Kamu ingin memberi mereka pelajaran dengan cara apa?”
Benita mendengus dan berkata, “Biar bagaimanapun aku adalah seorang artis yang memiliki banyak penggemar. Aku bisa saja menyatakan sikapku dan mengkritik tindakan mereka.”
Lydia sampai merasa geli dengan tingkahnya dan berkata, “Sebelum
para netizen menghujat mereka, kamu mungkin sudah dibereskan Adam terlebih dahulu.”
Benita mendengus dan menambahkan, “Investor sadis!”
Setelah menyelesaikan perkataannya, Benita baru sadar kalau seorang investor besar juga sedang duduk di hadapannya. Dia kembali menambahkan, “Tentu saja Lydiaku adalah investor royal, cantik dan paling baik!”
“En … bagus! Penilaian yang sangat objektif.”
Dua orang narsis sedang bersama–sama di tempat itu. Untung saja tidak ada orang ketiga di tempat itu. Kalau tidak, dia mungkin akan menangis sedih mendengar pembicaraan mereka.
Istriku, Rujuk Lagi, Ya?