Bab 27 Tuan, Bolehkah Aku Menciummu?
Serangan balik Violin tidak dapat membangkitkan emosi apa pun di hati Lydia. Dia telah mengutus Jelin melakukannya sesuai prosedur hukum. Jika Violin terus membuat masalah, nantinya hanya ada sebuah penderitaan baginya.
Namun, selain Violin, sepertinya ada orang lain yang ingin melawan Lydia, cara perlawanannya pada Lydia sangat aneh dengan mengatakan bahwa Lydia hanya bisa membuat heboh melalui perceraiannya dengan Adam, bukan di dunia hiburan, tapi frekuensi pencarian panas lebih tinggi dari pada artis biasanya, diperkirakan Lydia ingin memulai debutnya di jalur seperti ini.
Saat melihat semua ini, Lydia begitu fokus.
Apa IQ semua orang serendah ini?
Dia tidak menganggapnya sama sekali. Setelah bangun dari tidur siang, dia menghabiskan setengah jam untuk melakukan perawatan dasar, dan kemudian menghabiskan setengah jam lagi untuk merias wajahnya.
Setelah melihat ke cermin, Lydia pergi ke ruang ganti dengan puas dan memilih gaun berwarna merah muda. Gaun panjang ini begitu indah, di bagian leher begitu terbuka dan bagian bawah gaun seperti buntut yang begitu panjang membentang.
Rok dengan warna dasar merah muda ini terlihat sangat berkilau. Orang dengan kulit lebih gelap sama sekali tidak cocok dengan
warna ini.
Tapi Lydia cocok.
Karena kulitnya putih, dia juga cantik seperti seorang peri.
Mobil Ferrari merah dan Lydia begitu terlihat sempurna. Di lampu merah, ada mobil Maserati di sebelahnya. Orang itu membunyikan klakson beberapa kali untuk mengajak bicara. Lydia dengan malas meletakkan tangannya di jendela mobil sambil melihat lampu lalu lintas di depannya.
Saat lampu merah menyala, dia menginjak pedal gas sedikit, mobil melaju pesat meninggalkan dengan Maserati.
Lydia pergi pagi sekali, tapi masih saja terjebak kemacetan, baru pukul enam lewat seperempat dia tiba di Bar Avior.
Dia memarkir mobil dan langsung pergi ke lantai sembilan melalui jalur VIP.
“Nona, maaf….”
Begitu pintu lift terbuka, pelayan yang berdiri di pintu masuk lift berhenti berbicara dengan takjub saat melihat Lydia.
Lydia meliriknya dengan acuh tak acuh. “Ruang nomor 168.”
Pelayan itu sadar dan sedikit malu. “Nona, silakan lewat sini.”
“Ya.”
Lydia sering ke ruangan 168 lebih dari sekali, tapi dia tidak keberatan jika seseorang mengantarkannya ke sana.
“Nona, sudah sampai.”
Lydia melambaikan tangannya. “Aku sendiri saja yang membukanya.”
Pelayan itu memandangi wanita super cantik di depannya, merasa bahwa tatapan genit dari wanita ini bisa menggerakkan hati semua pria.
Dia tidak berani melarang keinginan wanita cantik ini, lalu diam- diam mundur.
Lydia mengetuk pintu lebih dulu. “Aku sudah sampai.”
Kenop pintu longgar, pintu tidak tertutup rapat.
Lydia membuka kenop pintu dan masuk, tiba-tiba terdengar suara yang keras.
Ruangan itu penuh dengan kelap-kelip bintang, lampu, dan balon, Benita menghadap ke pintu dengan kembang api di masing-masing tangannya.
“Selamat ulang tahun! Lydia!”
Kertas yang berasal dari ledakan petasan mulai beterbangan, hanya beberapa yang mendarat di Lydia.
Ketika Benita melihat Lydia, matanya melotot. “Ya Tuhan! Malam ini kamu benar-benar datang ke sini untuk mencari tantangan?”
Lydia melirik Thomas yang sedang memegang kue ulang tahun di sampingnya, dan menghindar dari pelukan Benita. “Jangan peluk
aku, pacarmu nanti cemburu.”
Thomas tersenyum sedikit sambil menyerahkan kuc itu kepada Lydia, dan menarik Benita ke sisinya dengan tangan yang lain. “Kamu main peluk saja! Dasar mesum!”
Benita takut pada Thomas, tapi setelah melihat pakaian Lydia hari ini, matanya penuh dengan keterkejutan. “Bukankah kamu selalu menghindari model ini? Kenapa tiba-tiba memakainya?”
Lydia menundukkan kepalanya sambil meniup lilin lalu
menjawabnya, “Ini hari ulang tahunku, aku ingin mengubah gayaku saja.”
Dia melemparkan tas rantai di tangannya ke sofa, mengambil botol dan gelas lalu menuangkan segelas anggur merah untuk dirinya sendiri.
Benita memperhatikan gerakannya, dan terkejut. “Aku sedikit
senang
karena aku seorang wanita, tapi juga sedikit menyesal karena aku seorang wanita.”
“Um?”
Thomas mengangkat alisnya, Benita tersentak lalu segera duduk di samping Lydia. “Selamat ulang tahun, Lydia! Semoga tahun ini semakin banyak uang daripada tahun lalu!”
Lydia mengambil hadiah dari tangannya. “Terima kasih, ucapanmu ini sama persis dengan pemikiranku.”
Dia meletakkan gelas dan mulai membuka kado ulang tahun.
Begitu dibuka, memperlihatkan kotak kado berwarna putih. Lydia
engambil tutupnya, dan di dalamnya ada jam tangan wanita retro sederhana tapi sangat indah. Jam tangan ini adalah edisi terbatas keluarga Sanita tahun ini, yang disebut “Break New”.
Lydia tertegun, dan segera memakainya, tali pengikatnya pas, ukuran ini sangat cocok dengan pergelangan tangannya.
Ya, dia menyukai jam tangan ini.
“Terima kasih.”
Dia tersenyum sambil memandang Benita. “Aku ingat jam tangan ini pasti harganya dua miliar, bagaimana kamu bisa punya banyak uang?”
Benita menyukai villa tepi sungai tahun lalu dengan total harga 360 miliar. Dia diam-diam menyimpan uang dan ingin membelinya tanpa memberi tahu Thomas sebagai rumah pernikahan mereka. Jadi selama ini dia harus menghemat uang.
Dua miliar ini sebenarnya tidak banyak, tapi Thomas tiba-tiba melamarnya pada bulan Juni, Benita sekarang menahan diri, karena ingin membeli villa sebelum menikah.
Jam tangan ini bisa dikatakan telah menghabiskan biaya hidup Benita selama beberapa bulan.
“Hei, ngomong-ngomong tentang ini, bukankah dua miliar ini tidak sebanding dengan persahabatan kita selama 20 tahun?”
Lydia tersenyum. “Ya, benar juga.”
Mereka bertiga jarang berkumpul, Lydia minum banyak, hanya
rasa sedikit mabuk.
Thomas sangat terkendali, hampir tidak minum setetes pun, hanya memperhatikan dia dan Benita minum.
Lydia sangat santai dengan mereka, tapi ada pesta ulang tahun lagi setelah pukul sepuluh.
Hanya saja lokasi selanjutnya lebih ramai, tempatnya di bar terakhir kali dia pergi.
Sebelum pindah tempat, Benita tiba-tiba meraih lengannya. “Lydia, ini hari ulang tahunmu, mau sesuatu yang lebih menarik?”
Lydia mengangkat alisnya dan bertanya, “Apa?”
Benita menatapnya dengan penuh semangat. “Ngomong-ngomong, kamu sudah bercerai, bagaimana jika kamu keluar dari sini nanti, cium pria pertama yang kamu temui?”
Thomas menarik tangan Benita. “Jangan buat masalah.”
Benita sedikit sedih. “Aku tidak buat masalah! Coba pikirkan, seberapa buruk pria yang bisa datang ke ruang berlian ini? Aku sudah menanyakannya, sulit sekali menyewa ruangan ini, Lydia tidak akan rugi!”
Lydia biasanya tidak akan pernah main-main dengan Benita, tapi hari ini dia mabuk dan merasa sedikit bersemangat. “Siapa takut?”
“Yey! Ayo!”
Ba membuka pintu kotak dan mendorong Lydia keluar, lalu terhuyung beberapa kali dan menabrak seorang pria.
Pria itu agak tinggi, Lydia tidak berdiri tegak dan menabraknya, lalu melihat jakun pria seksi itu.
Lydia memikirkan kata-kata Benita barusan, jadi dia mengangkat tangannya untuk menopang bahu pria itu, lalu menatap pria itu dengan tatapan serius. “Tuan, Bolehkah aku menciummu?”
Namun, beberapa saat berikutnya, Lydia tertegun.
Pria ini adalah mantan suaminya, kenapa dia mengatakan ini pada mantan suaminya!
Istriku, Rujuk Lagi, Ya?
10 mutiara
Bab 28 Aku Memp