Bab 7 Kalau Dia Ingin Mengejarku, Aku Tidak Bisa Menahannya
Benita ternyata hanya jago kandang. Di hari-hari biasa Benita selalu mengatakan “si Adam berengsek” dengan sangat lancar. Begitu dihadapkan dengan orangnya, nyalinya langsung menciut dan berkata, “Eh! Kak Isna memanggilku. Kalian teruskan saja pembicaraan kalian!” Setelah mengatakannya, wanita itu langsung kabur meninggalkan Lydia menghadapi Adam yang kelihatan jelas sedang menahan kekesalannya. Berada jauh dari medan perang, Benita tidak sanggup menahan rasa keingintahuannya. Dia kembali menoleh. Saat melihat wajah Adam yang terlihat sangat gusar, muncul sedikit penyesalan karena dia sudah meninggalkan Lydia sendirian. ‘Langit, Adam bukan pria yang bisa memukul wanita, ‘kan?’ Lydia melihat Adam yang ada di hadapannya, lalu tersenyum sambil membalas, “Baiklah!” Seulas senyuman tersungging di bibirnya. Lydia berjalan mengikuti Adam keluar dari klub malam. Selanjutnya, mereka pun berdiri di bawah lampu di pinggir jalan. Lydia baru saja turun dari pentas. Rambutnya agak berantakan dan pipinya terlihat merah merona. Mata indahnya seperti sedang tersenyum saat melihatnya. Di bawah cahaya lampu jalan itu, Adam menyadari kalau hari ini Lydia terlihat lebih menarik daripada sebelumnya. Selama tiga tahun pernikahan mereka, Adam sangat jarang memperhatikan Lydia. Dulu, Adam merasa meski hanya sekilas, melihat wanita matre yang tidak tahu diri ini adalah hal yang membuang waktu. Namun, kadang-kadang dia bisa pulang ke rumah keluarga Iskandar dan melihat sekilas sorot mata Lydia yang lembut dan teduh tersebut. Sekarang, wanita ini melihatnya dengan tatapan yang sangat menantang. Mata indahnya memancarkan cahaya yang berkilau sekaligus aura yang dingin saat berkata, “Pak Adam, apa yang ingin Pak Adam katakan?” Hati Adam malah jadi semakin bergejolak. Suaranya terdengar sangat dingin dan menusuk saat mengatakan, “Karena kita sudah bercerai, berarti kita sudah tidak punya hubungan. Mau bersama siapa pun kamu, sebagai mantan suamimu, aku tidak berhak ikut campur. Tapi kita baru bercerai pagi ini. Meskipun kamu tidak memedulikan reputasiku, aku tidak mau dianggap sudah diselingkuhi oleh mantan istriku.” Hati Lydia yang sempat sudah merasa lebih baik, lagi-lagi remuk. Dia pun mengangkat tangannya dan menyibakkan rambutnya ke samping sambil menjawab, “Tapi dia yang mengejarku. Aku tidak bisa menghentikannya Pak Adam.” Lydia kembali menambahkan sambil tersenyum, “Kalau untuk masalah ini, kamu tidak perlu mengkhawatirkannya. Selama 3 tahun menikah denganmu, setiap hari aku selalu menghabiskan waktuku untuk melayani ibu mertuaku dan beres-beres di rumah keluarga Iskandar. Daripada mengkhawatirkan isu diselingkuhi, lebih baik kamu pikirkan bagaimana menyelamatkan reputasi keluarga Iskandar kalau isu menyia-nyiakan menantu yang baik sampai tersebar. Bagaimana kamu bisa menemukan pasangan yang serasi untuk dirimu sendiri!” Lydia sudah menghabiskan tiga tahunnya yang berharga. Sekarang, Lydia sudah tidak ingin menghabiskan satu detik pun dengan pria ini. “Ucapanku tadi pagi, Sekretaris Arif sudah menyampaikannya, bukan? Karena kita sudah bercerai, kita hanya orang asing yang tidak saling mengenal.” Lydia menatap Adam dan sudut bibirnya sedikit menukik ke atas. Lydia seperti sedang mentertawakan dirinya sendiri dan mentertawakan Adam. Selanjutnya, wanita itu berbalik dan kembali ke klub malam. Sedangkan Adam berdiri di bawah lampu jalan dengan tampang yang terlihat sangat mengerikan. Adam melihat punggung Lydia sambil mengerutkan dahinya. Dia berusaha keras untuk menekan amarah di dalam hatinya. Padahal, Lydia sendiri yang bersikeras ingin menjadi menantu keluarga Iskandar. Sekarang, wanita ini malah merasa nasibnya sangat menyedihkan. Adam jadi merasa tergelitik sekaligus geli dengan dirinya sendiri. Malam-malam begini bukankah lebih baik dia tidur di rumahnya? Kenapa dia malah datang ke tempat ini dan mempermalukan dirinya sendiri. Salah dirinya sendiri yang tidak ada kerjaan. Ponsel di dalam sakunya bergetar. Adam mengerutkan dahinya, lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku bajunya. Ketika melihat nama yang tertera di layar itu, matanya pun bergejolak saat menerima panggilan tersebut, “Ada masalah?” “Adam, aku tidak sengaja menabrak belakang mobil orang lain. Pemilik mobilnya galak sekali. Kamu, kamu bisa datang sebentar tidak? Aku takut!” Suara Shinta terdengar seperti gemetar ketika mengakhiri ucapannya. Wanita itu seperti sebentar lagi akan menangis. Dengan ekspresi dingin Adam membalas, “Aku akan menyuruh Arif pergi ke tempatmu.” “Kalau Sekretaris Arif yang datang juga tidak masalah. Tapi hari ini kakakku sudah memberikan data orang itu padaku. Kalau kamu sempat, aku bisa sekalian memberikan data itu padamu. Bisa tidak, Adam?” Adam melihat papan klub malam yang berkilauan itu. Setelah terdiam sejenak, dia menjawab, “Kamu di mana?” “Di persimpangan jalan Pelita.” “Ya!” Setelah mematikan panggilan telepon itu, Adam tidak segera naik ke mobilnya. Dia kembali masuk ke dalam klub malam. Melihatnya kembali, Aldi dan Willy agak kaget dan bertanya, “Adam, kenapa kamu kembali lagi?” Adam mendelik pada mereka, lalu bertanya, “Di mana Lydia?” Willy lantas menyentuh hidungnya sekilas, lalu dengan gusar menjawab, “Dia sudah pergi. Seorang pria tampan muncul dan membawanya pergi.” Willy baru menyelesaikan perkataannya, wajah Adam kembali terlihat sangat masam. Tanpa mengatakan apa pun, Adam pun berbalik meninggalkan tempat tersebut. “Ck!” Melihat punggung Adam, Aldi pun menghela napas dan berkata, “Bukankah mereka sudah bercerai? Kenapa dia masih begitu peduli padanya?” Willy mengangkat pundak dan menjawab, “Mungkin karena dia adalah pria posesif?” “Siapa yang tahu?” Mereka sudah bercerai. Adam sama sekali tidak punya hak untuk mengkritik Lydia. Di dalam mobil van berwarna hitam. Lydia sedang memijat pelipisnya. Tadi, Benita menyodorkan dua gelas cocktail untuknya. Tidak sadar, Lydia langsung menenggaknya sampai habis. Sekarang, efek alkoholnya mulai terasa. Benita yang duduk di kursi belakang sedang dirangkul oleh Thomas. Dia seperti burung puyuh kecil yang tidak berani bergerak. Mobil itu sangat Sunnyi, cahaya yang berada di luar jendela terasa sangat menyilaukan. Lydia jadi teringat pada ucapan Adam belasan menit yang lalu. Hatinya jadi terasa sakit seperti habis ditusuk. Rupanya, pria itu takut orang lain mengira dirinya sudah diselingkuhi. Lydia sempat mengira kalau pria itu tidak takut pada apa pun. Mobil van itu berhenti di depan vila Lydia. Thomas mengatakan ingin mengantarnya masuk, tapi Lydia mengibaskan tangannya dan berkata, “Tidak usah! Lebih kamu urus Benita-mu. Sekarang, dia sudah mulai mencemaskanku.” Thomas tersenyum dan membalas, “Kalau kamu tidak meladeninya, apa dia masih berani?” Lydia mendelik tidak senang pada Thomas dan mengatakan, “Sudahlah! Cepat kalian menghilang dari hadapanku! Hari ini aku baru saja bercerai. Melihat kalian bermesra-mesraan, aku jadi gemas.” “Kalau begitu aku tidak akan mengganggumu lagi.” Ketiganya sudah berteman selama 20-an tahun. Kata “teman” sudah tidak sesuai untuk menggambarkan hubungan mereka. Sudah saling mengenal selama bertahun-tahun, Benita dan Thomas sudah sangat memahami Lydia. Lydia tidak suka dikasihani orang lain. Hari ini, dia hanya bercerai. Beberapa hari lagi, semuanya sudah berlalu. Setelah masuk ke dalam vilanya, Lydia membuat larutan air madu. Begitu duduk di sofa, Lydia hanya memperhatikan larutan tersebut. Tidak mungkin Lydia tidak merasa sedih. Sejak kecil, Lydia selalu menjadi yang pertama. Dari segi wajah sampai pelajarannya, dia selalu berhasil menjadi yang paling unggul. Meskipun keluarganya hanya biasa-biasa saja, dia selalu menjadi pusat perhatian semua orang. Andaikan saja tidak ada Adam, mungkin dia tidak ada bedanya dengan Benita dan Thomas yang sudah mengembangkan sayap mereka di bidang yang disukai mereka. Sayangnya, di dunia ini tidak ada pengadaian. Di usianya yang ke-15 tahun, Adam sudah menyelamatkannya. Lydia pikir dia hanya menebusnya. Dia tidak menyangka dirinya terjatuh ke dalam jurang yang lebih dalam. Sekarang, Lydia sudah berhasil keluar. Kalau begitu, dia tidak akan membiarkan dirinya terjatuh kembali.