Bab 8 Barang Bekas yang Tidak Kamu Inginkan
Semalam, Lydia masih menenggak dua gelas cocktail dan tidur larut malam. Sekarang, rasa mabuk benar-benar sangat menyiksanya. Benita pagi-pagi sekali malah menghubunginya. Wanita itu benar-benar bising. Lydia jadi tidak bisa tidur kembali. “Ada masalah apa lagi, artis besar Benita?” Lydia agak kesal karena dibangunkan. Dia sudah terlalu tertekan di rumah keluarga Iskandar. Sekarang begitu dilepaskan, emosi Lydia seperti binatang buas yang lepas dari kandangnya. Jujur saja, Benita harus bersyukur tidak sedang berada di hadapannya. “Apa aku sudah membangunkanmu?” Lydia mendelik tidak senang, lalu bergumam memijat pelipisnya sambil bangkit dari ranjangnya, “Cepat katakan!” “Mantan suamimu sedang viral. Dia sedang bersama dengan gadis impiannya. Sekarang, netizen menganggap kalian berdua sama-sama selingkuh. Makanya, kalian bisa cerai damai.” Lydia tertegun sejenak. Sekarang, dia sudah lebih sadar saat berkata, “Kamu juga sudah bilang kalau dia adalah mantan suamiku. Kamu tidak perlu sampai mempertaruhkan nyawamu sendiri untuk memberitahuku tentang urusannya.” Benita yang berada di ujung yang lain langsung memegang lehernya dan membalas, “Aku mengaku salah. Lydia, lanjutkan lagi tidurmu. Aku tidak akan mengganggumu lagi.” Setelah menyelesaikan perkataannya, Benita langsung mematikan ponselnya. Lydia melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Kepalanya kembali mendarat di atas bantal. Akan tetapi, ucapan Benita tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Lydia tidak bisa tidur lagi. Dengan sedikit kesal Lydia berkata, “Jerry! Panaskan air!” “Siap, Majikan!” Lydia berjalan masuk ke kamar mandi dengan memakai alas kaki. Dilihat dari pantulan cermin, rambut Lydia sangat berantakan. Setelah mabuk, kondisi kulitnya juga jadi tidak bagus. Lydia sangat tidak menyukai pantulan dirinya di cermin. ‘Padahal, kamu hanya bercerai. Tidak seharusnya penampilanmu jadi seperti ini.’ Setengah jam kemudian. Lydia membaca gosip selebritas melalui ponselnya. Kalau dibilang dia tidak merasakan apa pun, rasanya seperti membohongi dirinya sendiri. Hanya saja, Lydia juga sudah memprediksi kedatangan hari ini. Sekarang, melihat berita tentang mereka, Lydia jadi merasa sedikit geli. Lydia langsung keluar dari akun Twitter-nya. Karena dia sudah bercerai dengan pria itu, masalah Adam yang bertemu dengan Shinta di tengah malam sama sekali bukan urusannya lagi. Setelah selesai sarapan, Lydia merias diri, lalu memakai gaun berwarna biru. Selanjutnya, dia mengendarai mobil Ferrari-nya yang sudah berdebu, melaju di bawah guyuran air hujan. Semalam, Lydia sempat datang. Ketika naik ke atas, Kevin yang mengantarkannya, lalu saat turun, Benita turun bersama dengannya. Saat melihat Lydia, resepsionis bersikap sangat sopan padanya. “Nona Lydia, apakah Nona datang untuk berjumpa dengan Bu Benita?” Lydia tersenyum dan membalas, “Benar! Apa dia ada di sini?” “Bu Benita baru saja tiba. Aku akan membantu Nona Lydia menekan lift.” Lydia lantas mengangguk dan bergumam, “Terima kasih!” Lydia terus memperhatikan resepsionis yang bersikap sangat sopan ini. Dia jadi tersenyum sendiri saat teringat pada sikap resepsionis Perusahaan Niaga dua hari yang lalu. Bisa dibayangkan seberapa buruknya sikap Adam pada Lydia sampai seorang resepsionis juga bisa bersikap merendahkannya. Akan tetapi, kalau dipikirkan kembali, semua ini juga karena dia sudah bersikap jual murah pada Adam. Dia yang sudah hidup nyaman malah merendahkan dirinya untuk melayani Adam. Pada akhirnya, selain sebuah bukti perceraian, Lydia juga tidak mendapatkan apa pun. Terdengar bunyi denting lift saat pintu lift terbuka. Lydia menyingkirkan pemikiran tersebut, lalu melangkah masuk ke dalam lift dengan sepatu tumit tinggi peraknya, menuju ke kantor Benita. Melihatnya, Isna sedikit kaget dan bertanya, “Nona Lydia, kenapa kamu datang ke sini?” “Aku datang untuk melihat-lihat.” Lydia tersenyum, lalu menunjuk ke arah pintu ruang kantor Benita yang tertutup dan berkata, “Apa aku boleh masuk?” “Boleh! Boleh! Benita sedang sendirian di dalam ruangannya. Kebetulan sekali kamu datang. Tolong nasihati dia supaya jangan terlalu menarik perhatian. Akhir-akhir ini ada banyak wartawan yang sedang memperhatikannya. Untuk kejadian semalam, aku sudah berusaha sangat keras untuk menutupinya.” Lydia mengangguk dan berkata, “Kamu pasti sudah repot! Aku akan memberitahunya supaya lebih berhati-hati.” Isna adalah salah satu dari segelintir orang yang tahu kalau Lydia adalah salah satu pemilik saham di balik layar. Wanita itu juga tahu hubungan Benita dengannya. Benita memiliki perangai yang sangat cuek. Hanya Lydia dan Thomas yang sanggup mengatur Benita. Sebagai seorang manajer, Isna hanya sanggup membantunya membereskan masalah yang sudah dibuatnya. Sekarang, Lydia bersedia untuk membantunya. Isna yang merasa lelah seperti hidup kembali dan menjawab, “Sudah seharusnya seperti itu. Aku tidak akan mengganggu Nona Lydia lagi.” Lydia mendorong pintu kantor Benita dan masuk ke dalam sana. Bintang besar yang terlihat sangat berkilau di hadapan semua orang, Benita sedang fokus melihat tabletnya. Ekspresi di wajahnya terlihat layaknya seorang artis layar lebar. “Lihat apa?” Lydia duduk di belakangnya, lalu menepuk kakinya yang duduk bersilang. Benita sedang membaca berita gosip Adam dan Shinta. Dia tidak menyangka kalau Lydia sudah berjalan masuk. Benita sontak merasa sangat gembira dan membalas, “Aku sedang membaca berita mantan suamimu dan wanita idamannya. Jujur saja, setelah kubaca aku merasa sedikit tersentuh dengan kisah mereka.” Lydia mendelik ke arahnya dan bertanya, “Kamu bilang apa?” Benita merasa punggungnya terasa agak dingin. Segera dia mengubah ekspresinya menjadi sangat serius dan berkata, “Aku bilang pasangan berengsek ini benar-benar tidak tahu malu. Padahal si pria baru bercerai, mereka malah sudah bersama-sama. Apa mereka takut orang-orang tidak tahu kalau mereka saling mencintai?” Lydia menuangkan air untuk dirinya sendiri dan berkata, “Kamu sampai begitu tertarik untuk membacanya?” Kali ini, Benita sudah takut dan berkata, “Aku salah! Aku mengaku sudah bersalah! Untuk menebus kesalahanku ini, aku meminta seseorang untuk membelikan dua tiket galeri lukisan Shinta Sok Suci itu. Nanti kamu pergilah dengan Kevin sekalian pamer di hadapan mereka. Memangnya apa hebatnya Adam, dia cuma pria bekas yang sudah kamu campakkan.” Lydia mengangkat alisnya dan membalas, “Kalau kamu berani, katakan saja hal ini di depan Adam.” Benita tentu saja tidak berani melakukannya dan berkata, “Kita adalah orang yang berpendidikan. Mempermalukan Adam di depan umum bukan sesuatu yang baik. Kalau kita menyerang, kita tidak boleh terang-terangan menyerang! Percayalah padaku! Bawalah Kevin bersamamu. Aku berani jamin kalau semua fokus akan segera beralih pada dirimu!” “Sudahlah! Kamu jangan terus mencelakai Kevin. Apa kamu tidak melihat komentar apa yang ditinggalkan oleh para penggemar Kevin di bawah kolom komentar?” “Kamu tidak paham, ya? Kevin sekarang sudah ingin mengubah haluannya dengan mengandalkan kemampuannya. Dia tidak akan merasa sedih karena harus kehilangan penggemar wanitanya.” Lydia hampir saja mempercayainya dan bertanya, “Beri tahu aku, ada rencana apa lagi kamu?” “Uhuk uhuk uhuk … aku dengar Shinta sudah mengundang Adam untuk menjadi tamu spesialnya.” Tangan Lydia tersentak. Dia langsung memalingkan wajahnya ke arah Benita, “Apa kamu menganggap aku sebagai tontonan menarik?” Benita mengerjapkan matanya dengan rasa bersalah, lalu meletakkan tangannya di pundaknya dan berkata, “Kamu tidak bisa mengatakannya seperti itu Lydia. Coba kamu pikirkan semua penderitaanmu selama tiga tahun ini rumah keluarga Iskandar. Semua itu bisa terjadi karena Adam sudah merendahkanmu, bukan? Shinta bukan hanya mengundang Adam. Dia juga mengundang Hartini dan adik perempuan Adam. Kamu tidak tahu apa yang dibicarakan orang-orang di luar sana tentang dirimu. Mereka bilang, meski sudah tinggal di rumah keluarga Iskandar selama tiga tahun, kamu masih kalah dari sebuah undangan dari Shinta.” Ucapan Benita membuat Lydia teringat akan kejadian dua tahun yang lalu. Pada ulang tahun Lydia yang ke-25, Benita membantu Lydia untuk membuat sebuah pesta kecil. Sebenarnya, Lydia bermaksud untuk berterus terang mengenai statusnya dan keluarganya di pesta tersebut. Akan tetapi malam itu, selain Benita dan yang lain, tidak ada satu pun anggota keluarga Adam yang hadir. Lalu yang paling keterlaluan adalah, Violin mengirimkan sebuah screenshot. Screenshot yang diambil adalah gambar sebuah grup yang dibentuk Lydia. Di grup itu, Lydia bertanya apakah ada orang yang akan pergi ke acara pesta ulang tahunnya setelah menerima undangannya, lalu semua jawaban yang diterimanya adalah, “tidak pergi”. Begitu screenshot itu tersebar, semua orang langsung mentertawakannya dan mengatainya tidak tahu diri. Orang miskin yang memakai baju orang kaya mengira dirinya sendiri adalah orang kaya sampai-sampai ikut-ikutan menyelenggarakan pesta ulang tahun seperti orang kaya. Kejadian lama ini kembali membuat Lydia merasa sedih. Lydia menggerakkan alisnya dan berkata, “Tidak menarik.” Benita malah berdecak, “Kenapa tidak menarik? Violin adalah penggemar berat Kevin. Beberapa waktu yang lalu, perusahaan Shinta menghubungi manajer Kevin untuk bekerja sama menyelenggarakan pameran lukisannya. Dua tahun yang lalu, kamu tidak berhasil mengundang anggota keluarga Iskandar untuk datang ke pestamu. Dua tahun kemudian, keluarga Iskandar gagal mengundang Kevin.” “Eh … hanya memikirkannya sudah membuatku merasa sangat bersemangat!” Lydia tersenyum menyindir melihat Benita dan berkata, “Hebat sekali kamu. Sekarang, kamu sudah pintar menjebakku.” “Aku tidak akan berani menjebakmu.” Setelah berdiam diri selama beberapa saat, Benita tidak tahan dan berkata, “Jadi, kamu sebenarnya mau pergi atau tidak?” Lydia menyeruput tehnya dan berkata, “Tentu saja pergi. Kenapa tidak pergi?” Lydia penasaran apakah Violin bisa marah saat mengetahui idolanya malah bersama dirinya.